Mendapati foto ini di beranda dan membaca komen-komen yang "senasib" dan serasa dulunya macam ini, membuat teringat kenangan saat zaman kecil, sampai zaman SMP lah dan saat alm Bapak masih ada dan semua "armada" lengkap dirumah. Karena setelah SMA dan seterusnya, tradisi ini menjadi sedikit berubah, karena 2 orang adik sekolah di Bukittinggi sehingga keadaan rumah terasa "sedikit longgar", hal ini terbukti semua anggota tertampung di meja makan yang hanya memiliki 6 kursi dan 1 orang terpaksa menggunakan kursi cadangan. Kalau lengkap semuanya, penghuni rumah ada 9 orang dan cara beginilah yang sering dilakukan, hmmm...menggelar tikar di lantai dan bersama-sama menyantap perbukaan ataupun makanan saat sahur. Kenangan yang lama hilang, hmmm....
Walaupun sederhana begitu keadaannya tapi banyak kisah manisnya terlebih seorang teman zaman SD dulu yang ngak mau pulang walaupun saat buka puasa sudah menjelang datang. Ibu saia sudah menyuruh teman itu pulang, takut dicari orangtuanya tapi Bapak saia mengharuskan si teman berbuka puasa dan mencicipi perbukaan di rumah. Ibu saia melakukan hal tersebut berhubung teman tersebut termasuk anak orang "berada", takutnya kondisi makan dan lauk pauk begini tidak sesuai dengan seleranya. Maklum zaman SD dulu, doilah satu-satunya teman yang sangat percaya diri ngomong pake bahasa Jekardah walaupun doi besar dan sekolah di Pekanbaru dulunya huhuhuhu....baru dewasa kuliah di Jawa sana. Padahal hidangan yang top kala itu dirumah paling air semangka, air buah, air timun, air cincau pakai selasih, air kelapa muda atau minimal teh es. Makanan perbukaannya pun hanya kolak seperti kolak pisang, ubi jalar, kolak labu, kolak kolang kaling, kolak delima, bubur kacang hijau atau minimal aneka gorengan, lalu hidangan makan nasi berikut lauk pauknya. Si teman itupun berbuka puasa di rumah dengan suasana yang begitulah....melantai hehehehehe.
Dirumah dulu yang "tugas" membantu memasak, menyuci piring ataupun yang menyiapkan hidangan sudah ditentukan. Kenangannya paling menentukan posisi dekat tempat minuman hehehehe. Glek glek glek, tinggal ambil atau nambah, tapi kalau kejauhan.......orang sudah berulang nambah minum, tangan masih aja megang gelas..."tolong tambahkan air akulah". Yang disuruh masih memikirkan perutnya huhuhuhu, nambah mulu hehehehehehehe......pengen lempar gelasnya. Sabar..sabar, puasa baru buka, perang ???? No wayyyy !
Dirumah dulu yang "tugas" membantu memasak, menyuci piring ataupun yang menyiapkan hidangan sudah ditentukan. Kenangannya paling menentukan posisi dekat tempat minuman hehehehe. Glek glek glek, tinggal ambil atau nambah, tapi kalau kejauhan.......orang sudah berulang nambah minum, tangan masih aja megang gelas..."tolong tambahkan air akulah". Yang disuruh masih memikirkan perutnya huhuhuhu, nambah mulu hehehehehehehe......pengen lempar gelasnya. Sabar..sabar, puasa baru buka, perang ???? No wayyyy !
Kenangan yang sama dengan perasaan yang sama sepertinya....
rindu nak macam ni berbuka bersama family kat kampung tahun ni tak dptlh merasai suasana cam ni ðŸ˜ðŸ˜
Atau yang menulis komentar begini....Dulu bila berbuka beginilah suasana dimana kami akan hidang dan berbuka bersama. Rindu betul,
Lalu seperti ini.... Rindu kampong halaman 😢😢
See, ini seperti suasana makan di kampung sana ! So....
There's a time that I remember, when I did not know no pain
Ada saat yang kuingat, saat aku tak tahu rasanya
sakit
When I believed in forever, and everything would stay the same
Saat aku selalu percaya, semuanya akan tetap sama
Now my heart feel like December when somebody say your name
Kini hatiku berasa seperti Desember saat
seseorang menyebut namamu
Everybody hurts sometimes
Terkadang semua orang bisa terluka
Everybody hurts someday, aye aye
Semua orang bisa saja terluka
But everything gon' be alright
Tapi semua akan baik-baik saja
Go and raise a glass and say, aye
Angkat gelasnya lalu katakan, aye
(Maroon 5 - Memories)