Apakah anak bungsu memang pikiran seperti itu ?? Beberapa bulan ini aku lebih sering jalan sama adik bungsuku, berhubung ngak ada kawan. Hehehehe...yakin ??? Ngak apalah orang punya pemikiran begitu, itu lebih bagus untuk menjaga pikiran tetap terasah, agar cerdas dan ahli dibidang urusan kehidupan terutama kehidupan orang lain.
Balik cerita ke adik bungsuku, ada aja yang membuat seakan-akan seseorang "memiliki niat jahat". Kemarin-kemarin cerita tentang si A atau si B, dan untuk yang diceritakannya aku ngak masalah dan membenarkan ceritanya. Tapi lama-lama cerita si A dan Si B, setelah kucek saldo tabungan, ngak mempengaruhi saldo tabungan hehehehe. Akhirnya ceritanya sering kualihkan menceritakan film mana yang mau ditonton minggu depan. Rencananya mau nonton film yang ringan-ringan aja seperti kemarin nonton Shazam, karena hidupku udah rumit hehehe. Minggu depan rencananya mau nonton film xxx dan menonton ini dilakukan apabila aku sudah menyelesaikan beberapa tugas perbabuan dan seiring pembayaran saat tugas babu itu diambil. "Hadiah" menonton sebagai kompensasi karena otakku perlu direfresh juga. Dulu kompensasinya paling makan tapi efeknya terkadang menyakitkan, lemakku nambah ke samping hehehehe. Hampir lupa yang membuat aku pengen menulis malam ini adalah "over thinking" adikku. Kemarin-kemarin cerita si A atau si B, telingaku masih mau menampung. Tapi tadi sore ketika mau beli buka puasa, dia cerita tentang tukang sate. Tukang sate ??? Apa hubungannya coba. Tetangga bukan, teman sekolah bukan, apalagi teman kuliah, lebih bukan lagi. Nah lho ?? Darimana punya pandangan over begitu.
Sampai-sampai disela-sela aku ketawa ngakak mendengar cerita adikku tentang tukang sate, aku curhat...."Aku sempat berpikir kemarin, apakah anak bungsu emang begitu pikirannya ??? Kau sama seperti xxx xxx (aku menyebutkan nama temanku yang kebetulan anak bungsu juga) tetangganya jahit baju baik-baik dirumah, pikirannya sudah kemana-mana. Apa salahnya pasang headset, dengerin lagu kesukaan kek atau murotal Alquran kek.. Cie..cie...sok alim yak daku hehehehe. Woles aja.
Ya sudahlah pokoknya sepanjang mencari makanan buka puasa, aku meledeknya. "Sekarang tukang sate, besok tukang jamu...." Cape dehhhh
Kemarin juga adikku cerita yang membuat aku ketawa ngakak, manakala mengingat masa dia kecil dulu. Saat dia balita dulu, oh ya lupa. Jarak usiaku sama adik bungsuku 17 tahun. Jadi saat dia berumur 5 tahun, aku berusia 22 tahun. Adik bungsuku cerita pernah curhat sama ibuku tentang asal usul dirinya, dia menyangka mungkin bukan anak ortuku. Ibuku menanyakan kenapa punya pikiran begitu, lalu adik bungsuku cerita saat aku mendapat tugas membersihkan kotorannya sehabis buang air besar. Kalau orang Pekanbaru bilang mencebok. Aku tidak pernah menggunakan tangan, tapi kaki. Aku ingat dulu dengan perasaan kesal karena dapat giliran mencebok adik bungsuku di kamar mandi, aku menyuruh dia duduk menjongkok sehabis buang air besar lalu selang air kuarahkan ke pantatnya. Seiring air tercurah deras ke arah pantatnya dan kakiku pun membilas pantatnya. Kuingat aba-aba sewaktu mencebok dulu.
"Duduk ! " Dan adikku pun menurut duduk menjongkok dan kakiku pun membilas pantatnya. Sadisnya. Bukan sadis say, dulu kalau lihat kotoran, nafsu makanku bisa hilang dalam beberapa hari karena teringat si kuning. Issh ceritanya kok jorki sihh, ngak ada cerita lain hehehehehe