Mirip anak-anak kalau lagi ngak akur tetiba bersatu membahas masalah Novanto, sekejap kemudian sadar masih musuhan. Tarik pasukanlah, wak hehehehehehe... Ketua gengnya langsung buat garis dan jarak, so apalagi, status yang membedakan gengnya siapa. Pokoknya jangan mau dibohongi PAKAI KUDA hehehehehe, NKRI harga mati, kalau bersatu...harga diri, ngak sepaham bantai ramai-ramai. Perempuan pakai hijab dan ngak pakai hijab, sudah jelas bedanya...bukan pada akhalaqul karimahnya, karena akhalaqul karimah berasal dari kata-kata akhlak yang diartikan..... ------------------------------------------------
Akhlak berasal dari bahasa Arab, khilqun yang
berarti kejadian, perangai, tabiat, atau karakter. Sedangkan menurut istilah,
akhlak adalah sifat yang melekat pada diri seseorang dan menjadi identitasnya.
Selain itu, akhlak dapat pula diartikan sebagai sifat yang telah dibiasakan,
ditabiatkan, didarahdagingkan, sehingga menjadi kebiasaan dan mudah
dilaksanakan, dapat dilihat indikatornya, dan dapat dirasakan manfaatnya (Nata,
2012: 208 dalam Hasanah 2016). http://repository.iainpurwokerto.ac.id/118/4/fulltext.pdf
--------------------------------------------------
Yang paling nampak adalah dari cara berpakaian. Wanita berhijab atau tidak dari jauh sudah kelihatan berbeda, kalau soal ahklak, saia cuma menjawab Wallahu A'lam Bishawab, hanya Allah yang mengetahui. Posisinya sekarang dibalik, betul-betul Allah sebaik-baik Zat yang mampu membolak-balikkan keadaan dan hati. Dulu idolanya menyinggung ulama, now ulama menyinggung idolanya gegara melepas hijab yang dipakainya setahun lebih dikit, sejak dilaunching ke publik tanggal 12 September 2016 dan kembali membuka hijab tanggal 9 November 2017. Sebenarnya banyak publik figure yang buka tutup hijab, saia ngak peduli itu hak beragama mereka. Pro kontra adalah hal biasa, episode pelepasan hijab mirip acara wis....udah, ya karena publik figure dan juga punya acara yang memiliki rating bagus, jadinya "alasan buka jilbab" lebih tampak terlihat, "artis aja buka hijab, kenapa kamu masih make ?" Ada banyak seribu alasan atau motivasi tersembunyi kena menggunakan hijab/jilbab/pakaian muslimah dan seribu alasan melepaskan, Allah sebaik-baik Zat yang mampu membolak-balikkan keadaan dan hati.
Ngak mau sok bijaksini dan bijaksana, penduduk Indonesia yang kebanyakan non muslim dan 5 % muslim (apa sajalah, toh ini maunya) pastinya ada yang menghujat dan membela. Menggunakan jilbab/hijab itu tantangannya adalah ketika salah atau melenceng sejengkal aja, orang langsung menyalahkan hijabnya, bukan personal/individunya. Acara buka hijab idolanya ini mengingatkan video eksperimen sosial yang dilakukan Adam Saleh di Amrik, Pulling Hijab Off Experiement. Ya buka hijabnya paksa sihhh hehehee...berbeda dengan idolah yang memang merasa tidak ada bedanya, sama saja.. entahlah. Doi menggantung-gantung alasannya untuk episode berikutnya kali, Andai aku bukan Rina Nose Season II. Seandainya pun tidak ada bedanya makanya saia kasih video eksperimen yang suka saia tonton dulu, 10 hours of walking in New York City as a woman in hijab, atau muslim female in hijab abused in public, hijab Vs Non Hijab Saver, Why We Wear Hijab & Dress Modest, de el el.
Walaupun ada penolakan atas video tersebut yang menyatakan itu bukanlah karena apa yang wanita pakai melainkan karena pola pikir lelaki dan beri kebebasan kepada wanita untuk menentukan pilihan pakaian apa yang digunakannya.
Seandainya bukan Rina Nose berjilbab duluan dan melepaskannya kemudian dengan alasan "serem" dan beberapa bahkan ribuan alasan yang menyertai buka tutup portal hijab/jilbab tersebut, seandainya para artis yang tertimpa masalah prostitusi kemarin dan ketika klarifikasi menggunakan hijab/jilbab di depan pers, seandainya seorang penulis beken se-Endonesah Raya menganggap ini sebagai acara wisuda dan lebih menekankan penghinaan seorang ulama untuk membedakan gengnya, seandainya mereka bukan siapa-siapa, hanya seorang mahasiswa atau siswa, atau seorang saia yang hanyalah ya oma...ya oma, pilihan pakaian yang digunakan mungkin seperti ini.........
-----------------------------------------------
Makna Penggunaan Jilbab di Kalangan Mahasiswi Muslim yang Tidak Berjilbab (Studi Deskriptif Pada Mahasiswi Fakultas Farmasi di Universitas Airlangga dan Mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Surabaya)
Penelitian ini pada dasarnya meneliti masalah makna berjilbab pada mahasiswi muslim yang tidak berjilbab. Karena penggunaan jilbab sudah diperintahkan dan wajib digunakan dalam Islam. Untuk menganalisanya digunakan teori konstruksi sosial Berger dan konsep self indication oleh Blummer. Dalam teori Berger terdapat tiga tahapan konstruksi dan konsep self indication pada teori Blummer. Tipe penelitian deskriptif, dengan menggunakan data-data kualitatif. Diperoleh 5 informan utama melalui teknik aksidental, yaitu teknik pemilihan informan berdasarkan kebetulan namun sesuai dengan kriteria. Analisis temuan data yang diperoleh berdasarkan teori konstruksi, ialah internalisasi (proses individu memperoleh pengetahuan mengenai jilbab). Eksternalisasi (individu akan memberikan pandangan pada perempuan berjilbab). Obyektivasi (memunculkan pemaknaan baru dan tambahan). Konsep self indication, akan memperlihatkan tindakan sebagai hasil konstruksi. Hasil data yang diperoleh, informan yang memahami perintah untuk berjilbab sebagai kewajiban. Memaknai penggunaan jilbab dan perintahnya sebagai kewajiban karena sudah tercantum dalam Al Qur’an. Sedangkan informan yang memahaminya sebagai sesuatu yang dapat meminimalisir kejahatan, memaknainya sebagai sesuatu yang baik fungsinya. Selain itu adanya motivasi untuk berjilbab dari keluarga, lingkungan kuliah, pertemanan serta kendala-kendala yang ada bisa mempengaruhi tindakan yang dilakukan oleh informan. Yang mana tindakan tersebut akan berdampak pada keinginan informan untuk berjilbab atau tidak. (http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts4050b833f4full.pdf)
--------------------------------------------------------------------------------------
Muhamad Saprudin, Mushlihin, dan Sari Narulita 2016, Motivasi Pemakaian Jilbab Mahasiswi Islam Universitas Negeri Jakarta, Jurnal Studi Al-Qur’an; Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani, Vol.12 , No. 2 , Tahun.2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor motivasi yang mendorong mahasiswi Islam Universitas Negeri Jakarta dalam memakai jilbab, khususnya yang baru memakai jilbab semenjak memasuki kampus tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Teori utama yang digunakan sebagai alat analisa dalam penelitian ini adalah teori yang diungkapkan oleh Drs. H. Abu Ahmadi, bahwa faktor yang mempengaruhi munculnya motivasi karena biogenetis, sosiogenetis, dan teogenetis. MenurutMuhammad Izzudin Taufiq, bahwa motivasi merupakan satu definisi keniscayaan yang menunjukkan keterguncangan yang timbul karena adanya ketidakseimbangan psikologis. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa faktor motivasi psikologis merupakan faktor utama mahasiswi Islam Universitas Negeri Jakarta dalam memutuskan untuk memakai jilbab.
-------------------------------------------------------
Besse Risnayanti, Hafied Cangara, 2011, Jilbab Sebagai Simbol Komunikasi Di Kalangan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Studi Komunikasi Nonverbal), Jurnal Komunikasi KAREBA, Vol. 1, No. 2 April – Juni 2011. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi mahasiswa Universitas Hasanuddin memakai jilbab dari aspek komunikasi non-verbal. Penelitian dilakukan dengan metodi deskriptif kualitatif dengan melibatkan 145 orang mahasiswi pemakai jilbab sebagai sampel, yang dilakukan dengan cara cluster sampling dengan quota 2 persen pemakaian jilbab tiap fakultas. Data diperoleh melalui angket yang diedarkan, wawancara mendalam, pengamatan langsung, dan studi pustaka, kemudian dianalisis secara kualitatif. Pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini memakai konsep komunikasi non-verbal (isyarat) dan konsep interaksi simbolik dari Blumer. Hasilnya menunjukkan bahwa para mahasiswa yang memakai jilbab memiliki makna ideologi, penyesuaian dan jati diri. Dari konteks ideologi, Islam melalui Al-Qur’an mewajibkan kepada muslim perempuan yang sudah baligh dilarang memperlihatkan bagian tubuh yang bersifat pribadi kecuali muka dan tangan. Dari konteks adaptasi (penyesuaian) para mahasiswi yang berjilbab banyak dipengaruhi oleh lingkungan, kelompok, dan komunitas seperti orang tua dan keluarga. Sedangkan dari aspek jati diri, nampaknya selain sebagai simbol muslim juga sebagai perilaku yang lebih sopan dalam berpakaian.
---------------------------------------------------------------------