Tuesday, February 14, 2017

Wonderful Pekanbaru

Besok libur pilkada di Pekanbaru. Dari minggu-mingu kemarin dan kemarinnya..., ada beberapa teman-teman di face beauty yang terang-terangkan menunjukkan jagoannya bahkan ada yang kayaknya emang timsesnya. Awalnya sihh perang opini, santun tapi lama-lama merembet menjelekkan. 
Gua bahas penduduk Pekanbaru aja dilihat kemauan masing-masing disetiap rentang usia, jenis kelamin aja hehehehe. Gua hanya buka statistik Pekanbaru dalam angka tahun 2015, ngak pa-palah, masih layak untuk diangkat/dibahas...ngak terlalu jauh lah perbedaannya dengan data penduduk tahun 2016. Kalee yaa...

-----------------------------------------------------
Pasal 27 ayat (1) UU Pilpres yang berbunyi, “Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih.” Sedangkan Pasal 19 ayat (1) UU Pemilu Legislatif berbunyi, “Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih.”

------------------------------------------------------
Dilihat dari segi wilayah (kecamatan)  :

Berdasarkan data Pekanbaru dalam angka 2015, jumlah penduduk Pekanbaru tahun 2014 adalah 1.011.467 jiwa. 3 Kecamatan yang paling banyak sampai paling sedikit adalah :
1. Tampan dengan jumlah penduduk 194.331 jiwa (19,21 %)
2. Tenayan Raya dengan jumlah penduduk 142.519 jiwa (14,09%)
3.  Marpoyan Damai jumlah penduduk 141.569 jiwa (14 %)

Kecamatan paling sedikit penduduknya :
1.  Sail dengan jumlah penduduk 22.956
2.  Pekanbaru Kota dengan jumlah penduduk 27.059 jiwa
3.  Senapelan dengan jumlah penduduk  38.183 jiwa

Dilihat dari segi jenis kelamin :
     
Berdasarkan data, jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki paling banyak sebesar 519.515 jiwa dan perempuan 491.952 jiwa. Kalau dipersentasekan laki-laki 51,36 % dan perempuan 48,64 %. Beti seincek alias beda tipis antara laki-laki ama perempuan.

Dilihat dari segi rentang usia :
Berhubung penduduk yang boleh memilih telah genap 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin sebagai pemilih dalam pilkada Pekanbaru nanti, maka untuk rentang usia..gua ambil dari yang ini aja ya.....

Rentang usia 15 – 19  sebanyak 99.341
Rentang usia 20 -24 sebanyak 122.456
Rentang usia 25 - 29 sebanyak 96.834
Rentang usia 30-34 sebanyak 88.285
Rentang usia 35 – 39 sebanyak 82.987
Rentang usia 40 – 44 sebanyak 70.268
Rentang usia 45 – 49 sebanyak 56.272
Rentang usia 50 – 54 sebanyak 41.605
Rentang usia 55-59 sebanyak 30.144
Rentang usia 60-64   sebanyak 17.417
Rentang usia 65-69   sebanyak 11.402
Rentang usia 70 – 74  sebanyak 7.170
Rentang usia 75 + sebanyak 6.355

Ndehhh kerajinan gua yak malam ini, tapi ngak papalah, biar banyak tulisan remeh-temeh gua di blog goblog gua hahahahaha lagipula pr gua udah selesai dan besok orang libur pilkada. BPS membedakan penduduk usia produktif menjadi 2 kategori yakni usia sangat produktif (15-49 tahun) dan usia produktif (50-64).
So, untuk Kota Pekanbaru sendiri usia sangat produktif (15-49 Tahun) jika ditotalin sebesar 616.443 jiwa (60,95% dari jumlah penduduk) dan usia produktif hanya 89.166 jiwa (8,82%).

Dilihat dari segi rentang pendidikan :
SLTA (44,23%)
SLTP (16,84 %)
SD (15,19%)
Universitas (11,14%)
Akademi (3,69%)
Tidak punya (8,91%)

Dilihat dari segi rentang angkatan kerja :
Angkatan kerja (61,30%) dengan rincian..
Bekerja sebesar 55,66%
Tidak bekerja 5,64 %

Bukan angkatan kerja (38,70%)
Sekolah 15,41 %
Mengurus rumah tangga 20,21 %
Lainnya 3,08 %

Gua malam ini bukan bahas programnya para paslon yang mau berlaga besok tapi gua pengen tahu apakah paslon mengerti kondisi psikologis atau kebutuhan seseorang dilihat dari segi wilayah, rentang usia dan angkatan kerja ajalah dulu. Soale program kerjanya rada-rada mirip semua, tapi apakah semua paslon mengerti kebutuhan gua hahahahahaha....Ceilee, sotoy amat gua yak. Ngak kok gua memperbandingkan secara teori dan praktek, tapi emang pas prakteknya banyak melencengnya hehehehe. Tapi minimal pimpinan nantinya yang terpilih mengerti gua, gua mengerti program doi....Siapa juga gua yak..., masih banyak rakyat yang mau dipimpin juga hahahahahaha.
  
Dilihat segitu aja dulu, berdasarkan prakiraan cuaca dari ilmu psikologi dari google.... 
Berdasarkan wilayah, Tampan, Tenayan dan Marpoyan memiliki penduduk terbesar. Dari ketiga kecamatan tersebut ke Pusat kota, kalau gua yang mengendarai mobil dengan kecepatan 20-25 km/jam, ya bisa menghabiskan waktu setengah jam lebihlah. Kalau gua ya, terserah situ mau nyampe 5 menit.  
Permasalahan di Kecamatan Tampan dari berita koran, penyakit masyarakat masih dominan di Kecamatan Tampan

-------------------------------------------------

"Efek negatif berkembang dan majunya suatu daerah jika tidak ada kontrol sosial yang kuat dari masyarakat dan juga tindakan tegas dari perangkat hukum, maka akan berakibat semakin maraknya bermacam penyakit sosial kemasyarakatan, seperti perjudian maupun prostitusi," ujar pengamat Sosial Unri, Dr Hasyim, kepada inforiau. 
   
Hal ini, lanjut Hasyim, terutama di Kecamatan Tampan. "Ini bisa kita lihat di Kota Pekanbaru terutama Kecamatan Tampan. Berapa banyak Hotel maupun wisma baru yang sekarang beroperasi 
 (Sumber : http://inforiau.co/news/detail/5704/penyakit-masyarakat-di-kecamatan-tampan)

--------------------------------------------------------------------------------------

Permasalahan di Kecamatan Tenayan Raya. Kalau gua pribadi yang pernah main-main ke tempat teman, kalee masalah jalan.., udah diaspal, tapi ya gitu dehhhh. Gua baca dari surat kabar
--------------------------------------------------- 

Sejumlah proyek semenisasi jalan dan drainase dibawah naungan milik suku Dinas Cipta Karya Perumahan dan Pemukiman (Disperkim) Kota Pekanbaru di Kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Rumbai pada tahun anggaran 2013 dan 2014, diduga pengerjaannya asal-asalan dan berbau korupsi. (Sumber : http://www.gemariau.com/2015/05/proyek-disperkim-pekanbaru-di-tenayan)
---------------------------------------------------

Sementara permasalahan di Kecamatan Senapelan. Salah satu kelurahannya yakni Kampung Dalam terkenal sebagai sarang Narkoba (http://www.jpnn.com/news/mantap-polisi-tangkap-bandar-narkoba-kampung-dalam). Kecamatan Senapelan ini memang memiliki daya tarik dari kedai kimteng sampai pasar wisata atau pasar bawah yang menjual barang-barang dari luar negeri seperti keramik, permadani, tas sampai barang bekas impor seperti meja, kursi, ban, velg ampe besi tua. Tempat ini pusat pecinan dan Kecamatan ini "bersandar" di tepi Sungai Siak serta Mesjid Raya terletak di Kecamatan ini. Kalau ke Pekanbaru, ngak afdol kayaknya ngak mengunjungi Pasar Bawah yang terletak di Kecamatan Senapelan. Kalau tersesat, tinggal minta info aja dan tinggal pilih ...ke Polsek Senapelan atau Polresta. Tempatnya juga ngak jauh....

--------------------------------------------------------
Dari segi pemilih berdasarkan jenis kelamin, penduduk Kota Pekanbaru, laki-laki 51,36 % dan perempuan 48,64 %. Beti seincek alias beda tipis antara laki-laki ama perempuan. Enam kebutuhan mendasar pria dan wanita:
1. Wanita membutuhkan perhatian, dan pria membutuhkan kepercayaan.
2. Wanita membutuhkan pengertian, dan pria membutuhkan penerimaan.
3. Wanita membutuhkan rasa hormat, dan pria membutuhkan penghargaan.
4. Wanita membutuhkan kesetiaan, dan pria membutuhkan kekaguman.
5. Wanita membutuhkan penegasan, dan pria membutuhkan persetujuan.
6. Wanita membutuhkan jaminan, dan pria membutuhkan dorongan (Kennysung.blogspot)


GENDER DAN KOMUNIKASI
Sumber : http://adiprakosa.blogspot.co.id/2007/12/gender-dan-komunikasi.html

Raport talk versus report talk. Perbedaan budaya linguistik berperan dalam menstruktur kontak verbal antara laki-laki dan perempuan. Raport talk adalah istilah yang digunakan untuk menilai obrolan perempuan yang cenderung terkesan simpatik. Report talk adalah istilah yang digunakan menilai obrolan laki-laki yang cenderung apa adanya, pokoknya sampai. Berkenaan dengan kedua nilai ini, Tanent menemukan temuan-temuan yang terkategorikan sebagai berikut:
  1. Publik speaking versus private speaking, dalam kategori ini diketemukan bahwa perempuan lebih banyak bicara pada pembicaraan pribadi. Sedangkan laki-laki lebih banyak terlibat pembicaraan publik, laki-laki menggunakan pembicaraan sebagai pernyataan fungsi perintah; menyampaikan informasi; meminta persetujuan.
  2. Telling story, cerita-cerita menggambarkan harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, dan nilai-nilai si pencerita. Pada kategori ini laki-laki lebih banyak bercerita dibanding perempuan-khususnya tentang guyonan. Cerita guyonan merupakan suatu cara maskulin menegoisasikan status.
  3. Listening, perempuan cenderung menjaga pandangan, sering manggut, berguman sebagai penanda ia mendengarkan dan menyatakan kebersamaannya. Laki-laki dalam hal mendengarkan berusaha mengaburkan kesan itu- sebagai upaya menjaga statusnya.
  4. Asking questions, ketika ingin bicara untuk menyela pembicara, perempuan terlebih dahulu mengungkapkan persetujuan. Tanent menyebutnya sebagai kooperatif-sebuah tanda raport simpatik daripada kompetitif. Pada laki-laki, interupsi dipandang oleh Tanent sebagai power-kekuasaan untuk mengendalikan pembicaraan. Dengan kata lain, pertanyaan dipakai oleh perempuan untuk memantapkan hubungan, juga untuk memperhalus ketidaksetujuan dengan pembicara, sedangkan laki-laki memakai kesempatan bertanya sebagai upaya untuk menjadikan pembicara jadi lemah.
  5. Conflict, perempuan memandang konflik sebagai ancaman dan perlu dihindari. Laki-laki biasanya memulai konflik namun kurang suka memeliharanya.
Berdasarkan analisis feminis, Cheris Kramarae memandang pembicaraan laki-laki dan perempuan sebagai pertukaran yang tidak setara antara mereka yang mempunyai kekuasaan di masyarakat dan yang tidak. Ia meyakini bahwa kurang bisanya mengartikulasikan diri/memperjuangkan diri dibanding laki-laki di sector public- sebab kata dalam bahasa dan norma-norma yang mereka gunakan itu telah dikendalikan laki-laki. Sepanjang pembicaraan perempuan sebagai tentatif dan sepele, posisi dominan laki-laki aman. Kramarae yakin bahwa kebisuan perempuan itu cenderung menipis, kontrol mereka dalam kehidupan kita akan meningkat.
Cheris Kramarae (dalam Sendjaja:1994) mengemukakan asumsi-asumsi dasar dari teori ini sebagai berikut:
  • Perempuan menanggapi dunia secara berbeda dari laki-laki karena pengalaman dan aktivitasnya berbeda yang berakar pada pembagian kerja.
  • Karena dominasi politiknya, sistem persepsi laki-laki menjadi lebih dominan, menghambat ekspresi bebas bagi pemikiran alternatif perempuan.
  • Untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, perempuan harus mengubah perspektif mereka ke dalam sistem ekspresi yang dapat diterima laki-laki.
Kramarae mengemukakan sejumlah hipotesis mengenai komunikasi perempuan berdasarkan beberapa temuan penelitian.
a) Perempuan lebih banyak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri dibanding laki-laki.
b) Perempuan lebih mudah memahami makna laki-laki daripada laki-laki memahami makna perempuan.
c) Perempuan telah menciptakan cara-cara ekspresinya sendiri di luar sistem laki-laki yang dominan.
d) Perempuan cenderung untuk mengekspresikan lebih banyak ketidakpuasan tentang komunikasi dibanding laki-laki.
e) Perempuan seringkali berusaha untuk mengubah aturan-aturan komunikasi yang dominan dalam rangka menghindari atau menentang aturan-aturan konvensional.
f) Secara tradisional perempuan kurang menghasilkan kata-kata baru yang populer dalam masyarakat luas; konsekuensinya, mereka merasa tidak dianggap memiliki kontribusi terhadap bahasa.
g) Perempuan memiliki konsepsi humoris yang berbeda dari pada laki-laki

---------------------------------------------
So, karena perempuan lebih banyak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri dibanding laki-laki dan perempuan cenderung untuk mengekspresikan lebih banyak ketidakpuasan tentang komunikasi dibanding laki-laki, jangan teriak "Maling" ke seorang perempuan apalagi di depan orang ramai seperti yang pernah dilakukan seseorang pengganti Gubernur di salah satu Propinsi di Indonesia. 

---------------------------------------------------------------
Dilihat dari segi rentang usia :
Untuk Kota Pekanbaru sendiri usia sangat produktif (15-49 Tahun) jika ditotalin sebesar 616.443 jiwa (60,95% dari jumlah penduduk) dan usia produktif hanya 89.166 jiwa (8,82%). Penduduk yang produktif akan membantu dalam kelancaran segi perekonomian dan pembangunan dalam satu wilayah. 



Penduduk Usia Produktif dan Ketenagakerjaan
Oleh : Nurhasikin
Sumber : http://kepri.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm
Solusi meningkatkan akses dan mutu tenaga kerja untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk
a)      Menyediakan pasar kerja inklusif
Secara empiris buruh yang ikut anggota perserikatan relatif memiliki kesejahteraan lebih tinggi dari yang bukan anggota. Namun yang disanksikan adalah kualitas dari tuntutan buruh, yang mengarah kepada ketidakstabilan proses kerja pada industri. Dari struktur pasar kerja Indonesia memperlihatkan 40% tenaga kerja terikat dengan upah. Sisanya pekerja di luar sektor upahan, berupa self employed dan unpaid family worker. Akumulasi masalah lain juga terlihat, bahwa angka pengangguran terbuka Agustus 2012 pada kisaran 6,2%. Dengan jumlah penganggur sebanyak 7,24 juta orang. Sementara lima tahun sebelumnya angka itu masih pada kisaran 9%. Sebuah dampak dari stabilnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diperkirakan dalam dua tahun ke depan pengangguran terbuka akan menurun. Di balik indikator pasar kerja demikian membaik, masih banyak indikator ikutannya. Jika angka pengangguran terbuka menurun, angka pekerja tidak tetap menunjukan kenaika misalnya 16,7% tahun 2009 menjadi 21,1% tahun 2011. Jadi secara implisit menurunnya angka pengangguran sebenarnya menaikkan jumlah pekerja yang tidak tetap. Kelompok ini tidak sama dengan buruh, kelompok ini masuk ke dalam pekerja inklusif.

b)      Mengevalusi penyediaan lapangan kerja
Investasi adalah pendorong perluasan lapangan kerja. Makin tinggi investasi semakin besar perluasan lapangan kerja. Namun yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah bagaimana sisi penawaran semakin lama semakin berkualitas. Ada setidaknya tiga pendekatan yang perlu dilakukan untuk memenuhi target pekerja inklusif ini. Pertama, adalah mengintensifkan upaya untuk membekali tenaga kerja menjadi berketrampilan. Program pengembangan kelembagaan keterampilan menjadi sangat perlu pada masa yang akan datang. Tugas yang semestinya semakin banyak dilakukan oleh dinas tenaga kerja di daerah. Kedua, kenaikan upah minimum, akan berdampak kepada alih daya semakin berkurang penggunaan tenaga kerja yang tidak terampil, karena pengusaha berusaha untuk melakukan substitusi tenaga kerja dengan teknologi. Elastisitas kenaikan upah ini dapat diperiksa dari hasil kajian sebelumnya yang besarnya sekitar -0,1%. Setiap kenaikan 10% upah minimu dapat menurunkan penggunaan tenaga kerja sebesar 1%.
Ketiga, memastikan informasi pasar kerja dapat diketahui secara luas oleh pencari kerja. Daron Acemoglu (Journal of Economic Literature, 2012) membuat simulasi bahwa semakin banyak peluang penawaran lapangan kerja, maka akan dapat menurunkan pengangguran. Keempat, lebih terfokus perlu dilakukan oleh pemerintah adalah bagaimana meningkatkan mutu penawaran dari tenaga kerja yang berada di luar sistem pasar kerja formal.

------------------------------------------------------------

Kalau masalah banjir, sampah ataupun asap yang dulu jadi permasalahan di Pekanbaru menurut gua.....kayaknya semua usia, jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan dan wilayah kecamatan Pekanbaru, atau entahlah ini hanya peraasaan gua aja kaleee, mengharapkan Pimpinannya nanti ngak lenyap terbawa banjir, atau ikut tertumpuk di antara sampah-sampah yang berserakan ataupun lenyap didalam asap. Walaupun belum menyelesaikan masalah, setidaknya nampak jugalah di kota ini ada yang mimpin. Cepat tanggap. Gua kan galau, pengen curhat. Didengerin aja, ngak pa-pa kok. hehehehehe..becanda. Maafkeunnn.    




 Alhamdullilah akhirnya bisa diakses juga....💘💗💖💕