Saia ngak bisa ngomong, diterjemahin pun ekspresi saia tetaplah...speechless, apelah nak dicakap lagi, inda mangarati au da. Pokoke cuma satu, Yang Diatas Ngak Tidur. Kalau masak ayam, biasanya kan dipotong-potong. Dada, paha, sayap dan bagian ayam lainnya. Tapi gimana rasanya kalau melihat potongan tangan, kaki dan badan anak usia 4 tahun dan 2 tahun terpampang nyata di beranda FB dan sialnya foto keduanya yang yang sudah dimutalasi oleh Ayah Kandungnya terpampang jelas dan tidak seperti foto-foto pembunuhan yang biasanya diblur.
Pembunuhan kedua bocah yang dilakukan oleh Ayah kandungnya yang berprofesi sebagai anggota intel polisi di salah satu Polres di Kalimatan Barat tanggal 26 Februari 2016 sekitar pukul 00.15 Wib dan foto kedua bocah yang dimutalasi kaki dan tangannya membuat selera makan ayam semur siang tadi hilang seketika. Diluar kesadaran ataupun sadarnya si Ayah yang tega melakukannya dan segala macam kisah sebelum kejadiannya, gua hanya dapat berdoa dan terdiam.
Segarang-garangnya ayah gua dan segarang-garangnya singa, pasti menyayangi anak-anaknya. Tapi kalau sudah menyangkut masalah "bisikan ghaib yang menyuruh melakukannya" atau sedang kerasukan. Gua ngak tahu soal itu, dan apalagi dengan namanya penyakit szi...ah apalagi namanya, gua sampai payah menghapal nama penyakit si Ayah kandung yang tega membunuh anaknya tersebut, coba gua liat beritanya lagi ya...szi.... ya....schizophrenia. Bagi kamu yang udah tahu, saia ngak mau tahu. Soale saia masih tempe tentang szi...ah. payah. shi....hhhhh....schizophrenia !!
---------------------------------------------------
Gejala Dan Penyebab Skizofrenia
(Sumber : http://doktersehat.com/gejala-dan-penyebab-skizofrenia/)
Jumlah
penduduk Indonesia yang menderita penyakit gangguan jiwa berat atau
skizofreniacukup besar, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, terdapat 0,46 persen penduduk atau 1.093.150 orang Indonesia yang
mengidap skizofrenia. Dari jumlah itu, ternyata hanya 3,5 persen saja atau
38.260 orang yang terlayani dengan perawatan memadai di rumah sakit jiwa, rumah
sakit umum maupun pusat kesehatan masyarakat.
Menurut
laporan World Health Organisation (WHO) 2010 tentang Global Burden Disease,
penyakit skizofrenia sudah perlu diwaspadai. Pasalnya kini telah terjadi
perubahan jenis penyakit yang menimbulkan beban bagi negara secara global, dari
sebelumnya kematian ibu dan anak menjadi penyakit kronis termasuk kesehatan
jiwa.
Ketua
Asosiasi Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Indonesia (ARSAWAKOI), dr
Bambang Eko Suryananto, SpKJ, menjelaskan, skizofrenia merupakan salah satu
diagnosis gangguan jiwa yang ditandai antara lain dengan terganggunya kemampuan
menilai realita dan penurunan fungsi peran. Biasanya skizofrenia mulai diderita
pada usia dewasa muda.
Gangguan
jiwa yang terjadi pada seseorang, termasuk skizofrenia, menurut Bambang,
disebabkan oleh interaksi manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.
Secara biologis, skizofrenia disebabkan karena peningkatan neurotransmitter
dopamin di otak, sehingga dapat timbul gejala-gejala perilaku, gangguan
persepsi (mendengar suara meskipun tidak ada sumber suara), gangguan isi pikir
yang berupa keyakinan-keyakinan tertentu yang tidak wajar, dan lain-lain.
Secara
psikologis, Bambang menjelaskan, pola asuh dan stresor lingkungan juga berperan
dalam membentuk pola perilaku yang rentan terhadap gangguan jiwa, begitu juga
kondisi sosial, sipitual, maupun budaya. Namun skizofrenia bukanlah penyakit
yang tidak bisa disembuhkan. Menurut Bambang, pengidap skizofrenia bisa
disembuhkan, asalkan pendekatan terapinya bersifat menyeluruh.
Jadi,
kita harus tangani baik secara biologi, dengan menggunakan obat-obatan, maupun
pendekatan secara psikologis, sosial, dan spiritual. Apabila perjalanan
penyakit belum lama dan belum parah, kemungkinan dapat disembuhkan lebih besar.
Jika pasien segera dibawa berobat pada tahap awal menderita penyakit, penurunan
fungsi peran dapat diminimalkan. Namun, masalahnya adalah stigma masyarakat
tentang gangguan jiwa seringkali membuat pasien skizofrenia terlambat dibawa ke
petugas kesehatan.
Masyarakat
lebih percaya bahwa penyakit ini disebabkan karena hal-hal mistis, sehingga
terlebih dahulu dibawa ke dukun atau pengobatan alternatif. Ketika sudah
kehabisan uang,penyakit tidak sembuh-sembuh, keluarga baru menyadari bahwa hal
itu adalah suatu penyakit dan baru dibawa ke tenaga kesehatan.
Tanda
dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan dengan
penyakit mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini memang
hampir sama dengan tanda dan gejala dari penyakit mental lainnya. Hal ini yang
menyebabkan penyakit skizofrenia sulit untuk didiagnosis.
Tanda dan gejala dari penyakit ini
dibagi menjadi tiga kategori :
- Gejala positif . Fungsi otak dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau bisa dikatakan berlebihan, hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak normal. Akibatnya, penderita akan mengalami beberapa hal seperti berikut ini :
·
Berkhayal. Ini merupakan hal yang
paling umum dialami oleh para penderita, mereka memiliki keyakinan yang berbeda
dengan orang normal. Mereka akan melihat realitas yang berbeda pula, selain
itu, penderita juga sering salah menafsirkan persepsi.
·
Halusinasi. Orang yang mengalami
penyakit ini sering berhalusinasi, mereka seringkali melihat atau mendengar
hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
·
Gangguan pikiran. Penderita
skizofrenia akan kesulitan berbicara dan mengatur pikirannya sehingga hal ini
mengganggu kemampuan berkomunikasi.
·
Perilaku tidak teratur. Orang yang
mengalami skizofrenia sering berperilaku aneh, seperti anak kecil yang
melakukan hal-hal konyol.
2.
Gejala negative. Gejala ini mengacu
pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik fungsi otak yang
normal, gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya gejala positif.
Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain :
·
Perilaku tidak teratur. Orang yang
mengalami skizofrenia sering berperilaku aneh, seperti anak kecil yang
melakukan hal-hal konyol.
·
Sulit mengekspresikan emosi.
·
Menarik diri dari lingkungan social.
·
Kehilangan motivasi.
·
Tidak minat melakukan kegiatan
sehari-hari.
·
Mengabaikan kebersihan pribadi.
Gejala-gejala tersebut seringkali dianggap sebagai kemalasan
yang biasa dialami oleh tiap orang. Namun, hal itu ternyata keliru.
3.
Gejala kognitif. Jenis gejala ini
akan menimbulkan masalah pada proses berpikir, tanda dan gejala yang mungkin
timbul, antara lain :
·
Masalah dalam membuat informasi yang
masuk akal dan dapat dimengerti.
·
Sulit berkonsentrasi
·
Masalah pada memori otak
Selain ketiga gejala di atas, penyakit skizofrenia juga akan
menimbulkan masalah pada suasana hati, para penderitanya akan mengalami
depresi, cemas, dan seringkali mencoba untuk bunuh diri. Gejala-gejala dari
penyakit ini lambat laun dapat melumpuhkan para penderitanya. Sebab, hal ini
sangatlah mengganggu kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan rutin
sehari-hari. Namun, apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang
ditimbulkan sulit untuk dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit
skizofrenia. Sebab, pada usia tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini
yang ternyata merupakan gejala dari penyakit skizofrenia :
1.
Menarik diri dari keluarga dan teman
2.
Penurunan kinerja di sekolah
3.
Sulit tidur
4.
Cepat emosi
Tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit skizofrenia.
Namun, pengobatan dini dapat membantu mencegah kekambuhan dan memburuknya
gejala yang timbul akibat dari penyakit ini. Bila tidak diobati, penyakit ini
dapat menimbulkan masalah pada emosi, perilaku, dan kesehatan yang semakin lama
akan semakin memburuk. Oleh karena itu, segeralah untuk memeriksakan diri ke
dokter.
4.
Gejala
afektif.
Schizophrenia dapat memengaruhi suasana hati penderitanya. Akibatnya, penderitanya
akan mengalami depresi atau mood swings. Mereka juga terlihat aneh di mata
orang lain, membuat orang lain menjauhi mereka. Hal ini menyebabkan isolasi
sosial terhadap penderita schizophrenia.
---------------------------
Pusat Informasi Schizophrenia
(Sumber : http://meetdoctor.com/mobile/topic/schizophrenia)
Penyebab Schizophrenia
Sampai
saat ini, penyebab schizophrenia masih belum dapat dipastikan. Tapi
berbagai penelitian menunjukkan adanya pengaruh kombinasi genetik dan
lingkungan. Struktur kimiawi otak pada penderita schizophrenia mengalami
gangguan. Pencitraan terhadap struktur otak dan sistem syaraf pusat pada penderita
schizophrenia juga menunjukkan perbedaan dengan mereka yang bukan penderita.
Faktor Resiko Schizophrenia
Meskipun
penyebabnya masih belum jelas, tapi ada beberapa hal yang meningkatkan risiko
munculnya schizophrenia. Faktor-faktornya antara lain :
- Riwayat schizophrenia di keluarga.
- Terpapar virus dan racun, atau mengalami malnutrisi ketika masih di rahim. Terutama di trimester pertama dan kedua.
- Stres.
- Mengonsumsi obat-obatan psikoaktif pada masa remaja dan dewasa muda.
- Jarak umur yang cukup jauh dengan orang tua.
Komplikasi Akibat Schizophrenia
Schizophrenia yang tidak ditangani
dengan seharusnya dapat menyebabkan kondisi berikut :
- Keinginan atau usaha bunuh diri.
- Perilaku merusak diri.
- Depresi.
- Konsumsi alkohol, obat-obatan terlarang maupun obat yang diresepkan dokter secara berlebihan.
- Kemiskinan dan tuna wisma.
- Konflik keluarga.
- Tidak mampu bekerja atau bersekolah.
- Mengalami masalah kesehatan karena penggunan obat yang berlebihan.
- Menjadi pelaku ataupun korban kejahatan.
- Terkena penyakit jantung, dipicu oleh terlalu banyak merokok.
Diagnosa Schizophrenia
Pemeriksaan untuk mendiagnosis
schizophrenia meliputi tes darah, tes alkohol dan obat-obatan terlarang, MRI
atau CT scan, dan evaluasi psikologis secara menyeluruh. Schizophrenia sendiri
ada beberapa subtipe. Berikut lima subtipe yang paling sering terjadi yaitu :
- Paranoid. Subtipe ini ditunjukkan dengan delusi dan halusinasi. Selain itu, gangguan fungsi kemampuan beraktivitas tidak terlalu besar. Penderita subtipe ini memiliki kemungkinan paling besar untuk membaik.
- Catatonic, penderitanya tidak berinteraksi dengan orang lain, dan seringkali menunjukkan perilaku atau aktivitas yang tidak bermakna.
- Disorganized, ditunjukkan dengan pemikiran yang tidak berstruktur dan emosi yang tidak terkontrol. Gangguan fungsi beraktivitas sangat besar. Penderitanya memiliki kemungkinan paling kecil untuk bisa membaik.
- Undifferentiated, ini adalah subtipe yang paling umum. Penderitanya menunjukkan gejala lebih dari satu subtipe schizophrenia.
- Residual, ditunjukkan dengan tidak adanya gejala positif yang muncul, sementara gejala lainnya terus terjadi.
Pengobatan Schizophrenia
Schizophrenia
adalah kondisi kronis yang membutuhkan penanganan seumur hidup. Meskipun
gejalanya sudah mereda, penderitanya memerlukan bantuan obat-obatan dan terapi.
Gejala schizophrenia baru akan mereda setelah beberapa minggu pengobatan.
Obat-obatan digunakan untuk mengontrol gejala schizophrenia yang muncul. Dokter
mungkin akan memberikan jenis atau dosis obat yang berbeda-beda, bergantung
pada perkembangan pasien.
Terapi juga
sangat dibutuhkan. Beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan misalnya terapi
keluarga, terapi individual, pelatihan kemampuan bersosialisasi, dan
rehabilitasi kemampuan bekerja. Keluarga dan orang-orang di sekitar penderita
schizophrenia juga harus aktif berperan. Mereka perlu mengetahui cara menangani
stres, mencari informasi tentang schizophrenia, bergabung dengan support
group, dan fokus terhadap keinginan untuk membaik.
Pencegahan Schizophrenia
Penyebab
schizophrenia yang belum jelas membuat cara mencegahnya pun tidak diketahui.
Tapi, penanganan dini dapat membantu mengontrol gejala sebelum kondisi
penderitanya memburuk.
Penting sekali
untuk mengetahui faktor risiko schizophrenia. Mereka yang memiliki risiko lebih
besar harus mulai menghindari penggunaan obat-obatan yang tidak sesuai resep,
mengurangi stres, tidur cukup, dan mengonsumsi obat antipsikosis.
------------------------------------------------------------------------