Foto ini saia caplok dari beranda FB dan ketika dibrowsing di google juga memberitakan hal yang sama. Salah satu foto yang saia caplok ini adalah foto koleksi Christiaan Snouck Hurgronje tentang JEMAAH HAJI INDONESIA TAHUN 1800. Wow, dan salah satu foto yang saia caplok ini adalah foto Jemaah Haji asal Mandailing. Saia "sedikit" berbangga hati, diantara sekian foto jemaah haji Indonesia Tahun 1800 yang ditampilkan, "kontingen" terbanyak dari Mandailing, semoga salah satu diantara yang ada di dalam foto tersebut adalah kakek buyut saia hehehehehe. Teringat dulu "bou" atau saudara perempuan dari pihak Bapak saia bercerita tentang lamanya perjalanan haji ompung saia alias Ibu Bapak saia, bisa berbulan dan memakai kapal laut.
Setahu dan yang saia dengar dari ortu saia tentang kakek mereka masing-masing, penilaian adalah "sangat disiplin dan ketat" dalam urusan agama berikut adab-adabnya. Contohnya saat makan. Ortu saia pernah cerita, kalau makan tidak boleh bicara. Karena kalau bicara, kakeknya langsung melempar piring kearah yang punya suara.
Balik ke foto koleksi Christiaan Snouck Hurgronje. Siapakah Hurgronje ???/
-----------
Sejarah
perjuangan rakyat Aceh tidak akan terlepas dari nama Christian Snouck
Hurgronje, mengapa demikian? Karena dialah orang Belanda yang mulanya menganut
agama Nasrani tetapi memperdalam agama Islam dan akhirnya memeluk Islam dengan
tujuan untuk mewesternisasikan Indonesia, khususnya rakyat Aceh. pada masa
kecilnya Snouck dididik ilmu agama Nasrani oleh kedua orang tuanya, yang
kebetulan orang tuanya memang Pendeta. Ia mendapat pendidikan di Hogere Burger
School di Breda. pada tahun 1875 ketika ia berusia 18 tahun, ia diterima di
Universitas Leiden, Jurusan Theologi. Tak lama kemudian pindah ke Fakutas
Sastra Semit Jurusan Bahasa Arab (M.H.Gayo, 1983: 102 dalam Criksetra: Jumal
Pendidikan I Kajian Sejarah Volume 3 Nomor 4 Agustus 2013).
Situasi
politik yang terjadi di berbagai daerah di Aceh membuktikan bahwa perlawanan
rakyat Aceh sangat sukar dikalahkan oleh Belanda. Akhimya pemerintah Belanda
menempuh berbagai cara untuk mengetahui rahasia politik dan kekuatan
rakyat Aceh dengan mengutus Snouck Hugronje. Sebelumnya memang Snouck sudah
mengetahui situasi dan kondisi Aceh baik faktor politik, sosial, maupun agama.
Setibanya di Aceh Snouck menggunakan narna samaran seperti Habib Putih Agam,
Teuku Mansvur, Abdul Al Ghaffan, dan Teuku Amin. Ia tinggal di tengah-tengah
kehidupan rakyat di Aceh selama bulan Juli 1891 sampai Februari 1392 (Umar
Hasyirn. 1979: 229 dalam Criksetra: Jumal Pendidikan I Kajian Sejarah Volume 3 Nomor 4 Agustus 2013).).
Berkat
kepandaian dalarn berbahasa Arab, fasih membaca Ai-Quran dan ahli dalam hukum
Islam maka Snouck mendapat sambutan yang baik dari rakyat Aceh. khususnya kaum
u1ama. Dalam kehidupan sehari-hari se1a1u mendapat kesempatan untuk berceramah
di surau-surau atau masjid dengan memutar balikkan ajaran agama dan
memperdebatkan perbedaan mashab. Ia juga membesar-besarkan kekuatan Belanda yang sudah menggunakan persenjataan yang lengkap dan modern. Kesempatan ini
juga digunakan oleh Snouck untuk mengadu domba antara raja dengan kaum ulama
dan sesama kaum ulama (M. H. Gayo, 1983: 110 dalam Criksetra: Jumal Pendidikan I Kajian Sejarah Volume 3 Nomor 4 Agustus 2013).
Politik
Snouck Hurgronje diawali pada tahun 1885 dengan dalih pindah agama dari agama nasrani
ke agama Islam dan bahkan ia tinggal di Mekah. Bermukimnya Snouck di Mekah dengan tujuan untuk mempelaiari dan memperdalam
ajaran agama Islam dan sekaligus menyelidiki warga pribumi Hindia Belanda yang
ada di kota Mekah. Pada waktu Snouck sedang mengumpulkan data-data tentang karakter
masyarakai Aceh. (Criksetra: Jumal Pendidikan I Kajian Sejarah Volume 3 Nomor 4 Agustus 2013).
------------
Snouck Hurgronje tidak
hanya pandai dalam bidang politik, di mana dari pengalamannya di Aceh ia
merumuskan apa yang kemudian dikenal sebagai “politik Islam”. Namun dalam
bidang akademik pun pemikiran Snouck sangat berpengaruh, terbukti dari beberapa
karyanya yang digunakan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai panduan wajib
untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diberlakukan di Hindia Belanda.
Dialah ilmuwan yang dijuluki “dewa” dalam bidang Arabistiek-Islamologi dan
Orientalistik, salah satu pelopor penelitian tentang Islam, Lembaga-Lembaganya,
dan Hukum-Hukumnya. Namun disamping berbagai kelebihannya dia banyak dikritik
dengan segala kekurangannya. Seringkali ia begitu membabi buta membela kepentingan
kolonial. Seringkali tindakannya tidak sesuai dengan teori yang ia tulis.
Contohnya dalam pernikahan, di mana dia sangat menentang poligami bagi penduduk
pribumi, tapi dalam kenyataannya dia sendiri mempraktekkan poligami. Ketika dia
selalu mengkapanyekan moral di sisi lain dia tidak mengakui anakanaknya dari
keturunan dengan pribumi. (K. Subroto, 2017, Laporan Khusus Syamina " Strategi Snouck Mengalahkan Jihad di Nusantara, "Edisi 1 / Januari 2017)
Snouck sangat mengkhawatirkan munculnya
ideologi Islam Politik. Bagi Snouck Hurgronje
musuh politik kolonial bukanlah Islam sebagai
Agama, melainkan Islam sebagai doktrin Politik,
baik dalam bentuk agitasi oleh kaum fanatik lokal
(saat itu tareqat) maupun dari luar dalam bentuk
Pan Islamisme (khilafah).
Usaha untuk membangkitkan kembali
adat istiadat (local wisdom) adalah cara yang
ditempuh pemerintah kolonial atas rekomendasi
Snouck untuk mereduksi pengaruh Islam. Di
samping itu orang Islam berusaha dilokalisir,
dibentengi dari pengaruh luar terutama Timur
Tengah untuk mencegah pengaruh dan koneksi
yang akan membawa ide perlawanan dan politik
yaitu pemikiran Khilafah dan Jihad.
Ide yang ingin dimatikan penjajah adalah
ide politik Islam. Lebih spesifik lagi yaitu ide
Khilafah (pan Islam) dan Jihad. Karena dua ide
itulah yang dianggap paling berbahaya bagi
keberlangsungan penjajahan Belanda. Khilafah
dan Jihad berusaha dimatikan dengan narasi-narasi dan pemikiran-pemikiran Snouck. Salah
satu narasi untuk melawan ide perlawanan
dengan Jihad yang selalu dikampanyekan
Snouck adalah Jihad Akbar, Jihad melawan hawa
nafsu, untuk menafikan Jihad dalam makna yang
sebenarnya yaitu melawan hegemoni orang kafir
Belanda. (K. Subroto, 2017, Laporan Khusus Syamina " Strategi Snouck Mengalahkan Jihad di Nusantara, "Edisi 1 / Januari 2017)
Islam yang direstui kolonial adalah Islam
yang diciptakan untuk “sujud” dan loyal
terhadap kekuasaan Pemerintah Belanda. Watak
agama Kolonial yang dicirikan pengawasan,
pendisiplinan, pengontrolan, dan pencatatan
terhadap aktivitas ibadah umat Islam adalah
bagian watak politik agama kolonial. Pemahaman
Islam yang tidak sesuai kriteria tersebut dianggap
sebagai pemahaman yang sesat dan berbahaya. (K. Subroto, 2017, Laporan Khusus Syamina " Strategi Snouck Mengalahkan Jihad di Nusantara, "Edisi 1 / Januari 2017)
--------------
Tahun 2019 (128 tahun kemudinnnnnnnn)