Friday, December 13, 2019

Hurgronje


Foto ini saia caplok dari beranda FB dan ketika dibrowsing di google juga memberitakan hal yang sama. Salah satu foto yang saia caplok ini adalah foto koleksi Christiaan Snouck Hurgronje tentang JEMAAH HAJI INDONESIA TAHUN 1800. Wow, dan salah satu foto yang saia caplok ini adalah foto Jemaah Haji asal Mandailing. Saia "sedikit" berbangga hati, diantara sekian foto jemaah haji Indonesia Tahun 1800 yang ditampilkan, "kontingen" terbanyak dari Mandailing, semoga salah satu diantara yang ada di dalam foto tersebut adalah kakek buyut saia hehehehehe. Teringat dulu "bou" atau saudara perempuan dari pihak Bapak saia bercerita tentang lamanya perjalanan haji ompung saia alias Ibu Bapak saia, bisa berbulan dan memakai kapal laut. 


Setahu dan yang saia dengar dari ortu saia tentang kakek mereka masing-masing,  penilaian adalah "sangat disiplin dan ketat" dalam urusan agama berikut adab-adabnya. Contohnya saat makan. Ortu saia pernah cerita, kalau makan tidak boleh bicara. Karena kalau bicara, kakeknya langsung melempar piring kearah yang punya suara. 


Balik ke foto koleksi Christiaan Snouck Hurgronje. Siapakah Hurgronje ???/

-----------


Sejarah perjuangan rakyat Aceh tidak akan terlepas dari nama Christian Snouck Hurgronje, mengapa demikian? Karena dialah orang Belanda yang mulanya menganut agama Nasrani tetapi memperdalam agama Islam dan akhirnya memeluk Islam dengan tujuan untuk mewesternisasikan Indonesia, khususnya rakyat Aceh. pada masa kecilnya Snouck dididik ilmu agama Nasrani oleh kedua orang tuanya, yang kebetulan orang tuanya memang Pendeta. Ia mendapat pendidikan di Hogere Burger School di Breda. pada tahun 1875 ketika ia berusia 18 tahun, ia diterima di Universitas Leiden, Jurusan Theologi. Tak lama kemudian pindah ke Fakutas Sastra Semit Jurusan Bahasa Arab (M.H.Gayo, 1983: 102 dalam Criksetra: Jumal Pendidikan I Kajian Sejarah Volume 3 Nomor 4 Agustus 2013).



Situasi politik yang terjadi di berbagai daerah di Aceh membuktikan bahwa perlawanan rakyat Aceh sangat sukar dikalahkan oleh Belanda. Akhimya pemerintah Belanda menempuh berbagai cara untuk mengetahui rahasia politik dan kekuatan rakyat Aceh dengan mengutus Snouck Hugronje. Sebelumnya memang Snouck sudah mengetahui situasi dan kondisi Aceh baik faktor politik, sosial, maupun agama. Setibanya di Aceh Snouck menggunakan narna samaran seperti Habib Putih Agam, Teuku Mansvur, Abdul Al Ghaffan, dan Teuku Amin. Ia tinggal di tengah-tengah kehidupan rakyat di Aceh selama bulan Juli 1891 sampai Februari 1392 (Umar Hasyirn. 1979: 229 dalam Criksetra: Jumal Pendidikan I Kajian Sejarah Volume 3 Nomor 4 Agustus 2013).).

Berkat kepandaian dalarn berbahasa Arab, fasih membaca Ai-Quran dan ahli dalam hukum Islam maka Snouck mendapat sambutan yang baik dari rakyat Aceh. khususnya kaum u1ama. Dalam kehidupan sehari-hari se1a1u mendapat kesempatan untuk berceramah di surau-surau atau masjid dengan memutar balikkan ajaran agama dan memperdebatkan perbedaan mashab. Ia juga membesar-besarkan kekuatan Belanda yang sudah menggunakan persenjataan yang lengkap dan modern. Kesempatan ini juga digunakan oleh Snouck untuk mengadu domba antara raja dengan kaum ulama dan sesama kaum ulama (M. H. Gayo, 1983: 110 dalam Criksetra: Jumal Pendidikan I Kajian Sejarah Volume 3 Nomor 4 Agustus 2013).

Politik Snouck Hurgronje diawali pada tahun 1885 dengan dalih pindah agama dari agama nasrani ke agama Islam dan bahkan ia tinggal di Mekah. Bermukimnya Snouck di Mekah  dengan tujuan untuk mempelaiari dan memperdalam ajaran agama Islam dan sekaligus menyelidiki warga pribumi Hindia Belanda yang ada di kota Mekah. Pada waktu Snouck sedang mengumpulkan data-data tentang karakter masyarakai Aceh. (Criksetra: Jumal Pendidikan I Kajian Sejarah Volume 3 Nomor 4 Agustus 2013).

------------

Snouck Hurgronje tidak hanya pandai dalam bidang politik, di mana dari pengalamannya di Aceh ia merumuskan apa yang kemudian dikenal sebagai “politik Islam”. Namun dalam bidang akademik pun pemikiran Snouck sangat berpengaruh, terbukti dari beberapa karyanya yang digunakan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai panduan wajib untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diberlakukan di Hindia Belanda. Dialah ilmuwan yang dijuluki “dewa” dalam bidang Arabistiek-Islamologi dan Orientalistik, salah satu pelopor penelitian tentang Islam, Lembaga-Lembaganya, dan Hukum-Hukumnya. Namun disamping berbagai kelebihannya dia banyak dikritik dengan segala kekurangannya. Seringkali ia begitu membabi buta membela kepentingan kolonial. Seringkali tindakannya tidak sesuai dengan teori yang ia tulis. Contohnya dalam pernikahan, di mana dia sangat menentang poligami bagi penduduk pribumi, tapi dalam kenyataannya dia sendiri mempraktekkan poligami. Ketika dia selalu mengkapanyekan moral di sisi lain dia tidak mengakui anakanaknya dari keturunan dengan pribumi. (K. Subroto, 2017, Laporan Khusus Syamina "Strategi Snouck Mengalahkan Jihad di Nusantara, "Edisi 1 / Januari 2017)


Snouck sangat mengkhawatirkan munculnya ideologi Islam Politik. Bagi Snouck Hurgronje musuh politik kolonial bukanlah Islam sebagai Agama, melainkan Islam sebagai doktrin Politik, baik dalam bentuk agitasi oleh kaum fanatik lokal (saat itu tareqat) maupun dari luar dalam bentuk Pan Islamisme (khilafah). 
Usaha untuk membangkitkan kembali adat istiadat (local wisdom) adalah cara yang ditempuh pemerintah kolonial atas rekomendasi Snouck untuk mereduksi pengaruh Islam. Di samping itu orang Islam berusaha dilokalisir, dibentengi dari pengaruh luar terutama Timur Tengah untuk mencegah pengaruh dan koneksi yang akan membawa ide perlawanan dan politik yaitu pemikiran Khilafah dan Jihad. Ide yang ingin dimatikan penjajah adalah ide politik Islam. Lebih spesifik lagi yaitu ide Khilafah (pan Islam) dan Jihad. Karena dua ide itulah yang dianggap paling berbahaya bagi keberlangsungan penjajahan Belanda. Khilafah dan Jihad berusaha dimatikan dengan narasi-narasi dan pemikiran-pemikiran Snouck. Salah satu narasi untuk melawan ide perlawanan dengan Jihad yang selalu dikampanyekan Snouck adalah Jihad Akbar, Jihad melawan hawa nafsu, untuk menafikan Jihad dalam makna yang sebenarnya yaitu melawan hegemoni orang kafir Belanda. (K. Subroto, 2017, Laporan Khusus Syamina "Strategi Snouck Mengalahkan Jihad di Nusantara, "Edisi 1 / Januari 2017) 

Islam yang direstui kolonial adalah Islam yang diciptakan untuk “sujud” dan loyal terhadap kekuasaan Pemerintah Belanda. Watak agama Kolonial yang dicirikan pengawasan, pendisiplinan, pengontrolan, dan pencatatan terhadap aktivitas ibadah umat Islam adalah bagian watak politik agama kolonial. Pemahaman Islam yang tidak sesuai kriteria tersebut dianggap sebagai pemahaman yang sesat dan berbahaya. (K. Subroto, 2017, Laporan Khusus Syamina "Strategi Snouck Mengalahkan Jihad di Nusantara, "Edisi 1 / Januari 2017) 

--------------

Tahun 2019 (128 tahun kemudinnnnnnnn)  

 Alhamdullilah akhirnya bisa diakses juga....💘💗💖💕