Ramadhan sebentar lagi memasuki malam 10 terakhir, malam akan ditemukan malam Lailatul Qadar, malam pelimpahan rahmat. Semoga kamu, terutama aku khususnya menemukan malam Lailatul Qadar tersebut, amin. Dulu saat zaman SD, dirumah salah seorang temanku, panggil saja namanya Thata, membuka pengobatan bagi masyarakat, pengobatan penyakit non medis sih. Pengobatnya dipanggil ustad, kata Thata. Orangtua Thata sengaja menyediakan rumahnya sebagai tempat pengobatan ustad tersebut dan katanya lagi "keahlian" ustad tersebut karena pernah bertemu malam Lailatul Qadar. Entahalah, tapi begitulah temanku itu berkata dulu. Pernah saat aku dan dua orang temaku bermain ke rumah Thata, saat asyik ngobrol di ruang tamu, tiba-tiba pesuruh ustad tersebut menemui kami, menanyakan apakah ada diantara kami yang lagi datang bulan/haid. Kalau ada diharapkan untuk sementara keluar dari rumah Thata, karena sedang berlangsung pengobatan, karena kalau ada yang datang bulan/haid, maka itu merupakan pantangan pengobatan yang sedang berlangsung.
Dulu aku pikir karena selama haid itu maka keadaan diri "dalam keadaan kotor", ngak bisa sholat. Tapi baru kusadari kini, kali kami dulu ngobrolnya rada kencang, jadi ngusir secara halusnya begitu hehehehe. Tapi alhamdullillah, diantara kami tidak ada yang lagi haid dan kami tetap ngobrol di ruang tamu tapi dengan suara agak dikecilkan volumenya. Untuk menuntaskan rasa ingin tahu beberapa puluh tahun lalu, malam ini aku sengaja browsing di mesin pencarian google, jemariku mengetik .."hubungan jin dengan pengobatan alternatif", yang keluar malah artikel dan satu ulasan dalam format video..."darah haid makanan jin ??"
Hmmm...sama aja, tidak memuaskan penjelasannya. Ya sudahlah, biarlah tertimbun bersama kenangan cerita Ustad tersebut yang sampai detik inipun aku belum pernah bertatapan muka dengan ustad tersebut walau beberapa kali bermain ke rumah Thata.
Dulu aku pikir karena selama haid itu maka keadaan diri "dalam keadaan kotor", ngak bisa sholat. Tapi baru kusadari kini, kali kami dulu ngobrolnya rada kencang, jadi ngusir secara halusnya begitu hehehehe. Tapi alhamdullillah, diantara kami tidak ada yang lagi haid dan kami tetap ngobrol di ruang tamu tapi dengan suara agak dikecilkan volumenya. Untuk menuntaskan rasa ingin tahu beberapa puluh tahun lalu, malam ini aku sengaja browsing di mesin pencarian google, jemariku mengetik .."hubungan jin dengan pengobatan alternatif", yang keluar malah artikel dan satu ulasan dalam format video..."darah haid makanan jin ??"
Hmmm...sama aja, tidak memuaskan penjelasannya. Ya sudahlah, biarlah tertimbun bersama kenangan cerita Ustad tersebut yang sampai detik inipun aku belum pernah bertatapan muka dengan ustad tersebut walau beberapa kali bermain ke rumah Thata.
Balik ke sepuluh malam terakhir Ramadhan tahun ini, dimana keberuntungan bertemu malam Lailatul Qadar ada pada sepuluh malam terakhir terutama malam-malam ganjil. Sejak mendengar temanku dulu yakni Thata bercerita tentang ustad tersebut memperoleh kepandaiannya karena bertemu malam penuh rahmat alias bertemu malam Lailatul Qadar, aku pun pengen punya kepandaian mengobati orang, terutama hatimu. Ehemmm...agar selalu damai melihatku terutama saat pamer di sosmed dengan segala kurang dan lebih dikitku hehehehehe.
Saat di medsos, banyak hal menarik yang menjadi keingintahuan atau sifat kepoismeku seperti membaca postingan orang hehehehe, sampai ada penulis eh wartawati ding, sedikit kurang suka karena aku "terjun payung" dan mendarat di wall FBnya, sampai didaratan wall-nya terdengar bunyi pedang beradu, mirip perkelahian pendekar hehehehe. Soalnya dia awal pembuka statusnya, tertulis kalimat, seolah penegasan paling tegas menurutku.....
"Sepupu saya, dia seorang wanita katholik. "
Selanjutnya dia membahas bertemu salon yang didepannya bertulis "Salon Muslimah".
Just that's it. Dia tidak masuk ke salon itu dan hanya menjawab penasarannya sendiri, ibarat ketemu masalah sendiri, baca sendiri, bahas sendiri, ambil kesimpulan sendiri. Kalau nulis skripsi habis dibantai penguji, manusia seperti ini....
Penguji : Apa topik yang diangkat dan masalah lo ? (gaul dikit coy, secara dosen lebih "elegan" kalau ngomong, sedikit revisi skripsi, hanya tulis tanda tanya gede di halaman skripsi, saya yang muntaber sampai mencret meraba-raba maksud tulisan tanda tanya tersebut, ditanya balik ke dosen, takut tambah pusing lagi, jalan tengahnya bertanya sama teman yang tingkat kepintarannya 1 atau 2 oktaf diatas aku hehehehe).
Dia : Hubungan Salon Muslimah dengan Tingkat Kedatangan Pelanggan Beragama Beda Ditinjau dari Teori Perpindahan Pelanggan dalam Membaca Teks Dipintu Masuk Periode Tahun 20xx
Permasalahannya adalah...."gue ngak boleh masuk nih ???"
Penguji : Grand teori siapa yang kamu pakai ??
Dia : Hmmm...hmmmm...Toleransi, karena itu tidak bla...bla...bla...
Penguji : Salon Muslimah itu apa ?? Sudah berapa kali kamu datangi salon muslimah ?
Dia : Saya baru membaca teks dipintu masuk, dan saya rasa hal yang menjadi
masalahnya..."gue ngak boleh masuk nih". Kedatangan saya hanya sampai depan
pintu lalu kami pergi mencari salon lain yang sesuai rasa ketoleransian, rasa kesukaan
saya tanpa embel-embel muslimah
Sebagai notulen sidang ujian skripsi, saya menulis jalannya persidangan ujian tersebut dengan ulasan sebagai berikut karena kalau didengarkan lagi tanya jawab antara "penguji" sama dia, membuat saia menarik sarung dipedang hehehehe.
Udah nga jadi nyalon, cuma baca doang, ingin memberi gambaran betapa tidak toleransinya hal-hal yang dikhususkan tersebut, jangankan mencoba, minimal baca dari artikel yang ada, katanya wartawati, pengetahuannya seperti wartawati hehehehe. Setidaknya kamu punya sedikit waktu, meluangkan hatimu membaca apa itu salon muslimah ??
Kenapa dia tidak mempertanyakan dipintu kantor atau mall sekalipun, ada tulisan di pintu suatu ruangan, terbaca..."Dilarang masuk bagi yang tidak berkepantingan !", kalau pun mau dibawa pake undang-undang, salah satunya undang-undang Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009 yang membahas tanda larangan. Ada rambu-rambu lalu lintas dimana tidak boleh masuk, tidak boleh berhenti, dilarang belok kiri, dilarang masuk bagi orang jelek hehehehehe. Yang terakgir cuma candaan. See, ada aturan tertulis maupun tidak tertulis sebelum menulis...."jadi gue ngak boleh masuk nihhhh"
Untuk ukuran salon muslimah, ngak perlu juga sampai pake undang-undang, cukup TST alias Tahu Sama Tahu, bukan Tahu Sama Tempe. Sebagai tahu sesama tahu yang dibekali keingintahuan dan mencari rasa tahu, bukan berarti harus menjadi sok tahu atau ketahuan tidak mau tahu hehehehehe
Salon muslimah itu tidak perlu harus merazia KTP, cuma ada aturan khusus selama menggunakan jasa pelayanan salon muslimah. Diantaranya TIDAK BOLEH bercampur dengan laki-laki, jadi selama kamu di salon muslimah, harap jangan bawa laki-laki. Mungkin muhrim bagimu tapi bagi pengguna jasa lainnya gimana ?? Lalu produk yang digunakan halal, artinya tidak terkontaminasi dengan bahan-bahan yang diharamkan oleh syariat agama Islam. Jangan minta treatment yang tidak dibolehkan dalam syariat Islam diantaranya cabut atau cukur alis, mewarnai rambut dengan warna hitam, menyambung rambut atau hair extension sampai tanam bulu mata.
Ya..kalau mau facial, creambath dan spa serta perawatan rambut mulai potong sampai masker rambut, bisa kok. Terlebih melayani wanita non muslim seperti yang diberitakan Republika....
"Salon Muslimah. Ini Kelebihannya ? (Bagian-1)"
..."jadi gue ngak boleh masuk ini ???"
Trang..trang..trang....terdengar sabetan pedangku beradu dengan pedangnya, sampai mencret adu pedang begini pasti sampai pagi malah berepisode menjadi sindiran di statusnya ! Kamu wartawati apa wartawati sihhhhh ??