Wednesday, May 29, 2019

Yang Tersisa

Masih ada 2 pe er malam ini, semoga menjelang subuh minimal jam 9 pagi sudah selesai. Namun saat ini mood seperti masih berserak antara liat youtube atau nonton drama korea yang stocknya lumayan banyak. Dari dua hal tersebut, biasanya saia suka liat youtube, biasanya video yang dilihat mulai dari dunia artis dengan segala isinya, dunia youtuber dengan segala hasil kerja mereka, suka liat dunia muslim di penjuru dunia sampai perdebatan antar agama, sampai mendengar video musik terutama lagu nostalgia yang mengingat saia pada suatu masa atau suatu kisah kalau mendengar lagu tersebut, seperti backsound suatu kisah 😋 Tujuan nonton youtube ini menambah banyaknya waktu tersita di dunia maya, darimana coba informasi tercepat dan lumayan lengkap kalau ngak ngebrowsing, biarin diejek percaya Nabi Google, daripada percaya sama kamu semata hehehehe. Pokoknya saya mencari apa yang saia butuhkan, bisa digunakan minimal menetralisir "racun" dari suatu tulisan yang selalu menyudutkan apa yang selama ini saia percayai. Walaupun niatnya untuk meluruskan "oknum" pengikut, tapi terkadang tulisannya kebablasan menyinggung peranakan saia karena seakan-akan recehhhh amat yang menjadi hal-hal yang saia percaia atau yakini. Tulisannya suka mengutip kisah dari sisi dia merupakan keburukan, hal-hal yang selama ini sering diangkat menjadi tulisannya namun menurut saia ternyata itu masalah dia hehehehe, ibarat baca buku, sistem stabilo aja. Mana yang penting dan enak untuk dia aja. 
Tidak sarjana bidang agama, belum sepenuhnya menjalankan yang 5 perkara dengan baik tapi teramat baik dalam menilai hehehehe, salon muslimah ckckck...... Cukup satu itu aja menunjukkan bahwa profesi wartawati yang selalu didengungkannya tidak sebanding dengan tingkat pemahaman  atau wawasannya, hal ini salah satu hoax gampang menyebar terutama di medsos hehehehehe. Tapi anehnya doi cukup lihai melabel diri sendiri bukan hoax. Dasarnya ???? Pilihan dan junjungan 😝😝
Dicari arti profesi dirinya di mesin pencarian, wartawati dari asal kata wartawan, ternyata artinya adalah :

Orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat dalam surat kabar, majalah, radio, dan televisi; juru warta; jurnalis; (https://kbbi.web.id/wartawan)

Profesi yang teramat mulia seperti suluh atau penerang, sama seperti profesi guru. Guru dalam arti sebenarnya dengan lingkup sekolah sampai universitas. Atau guru karena pengalaman hidup atau keahlian yang dimiliki. Sementara wartawan lingkupnya sebagai suluh atau penerang di bidang media massa. Karena informasi di media massa sangat komplek dan penerima informasi beragam, menyusun berita yang disampaikan hendaknya memberi "penerangan" yang dapat diuji kebenarannya. Taruhlah kebenarannya ditutupi sementara, tapi karena yang baca saia juga, jadinya kok...lha kok...kok....  Kritik bolehlah ya, karena ngak takut gitu kalau kemanisan dipuja-puja melulu. Karena lebih bahaya orang yang suka memuja, kalau saia bilang sihh manis mulut. Ketika jaya saja cam iya, sudah jatuh dan ngak ada apa-apa, ngak semua orang bisa setia sampai saat "tanpa semua". Percayalah apa kata Rudi hehehehehe. Kenapa bisa begitu ??? Karena sudah banyak contoh, rumah saia dekat dengan komplek Pemda, alhamdullillahnya walaupun saia tinggal di gubuk dekat pinggiran komplek, banyak hal-hal menyenangkan tinggal dekat dengan perumahan pejabat  😇 Saat ramadhan ini misalnya, paling gampang melihat pejabat setingkat "kepala" sholat tarawih di mesjid dekat komplek tersebut. Kebetulan saat kecil saia suka sholat tarawih disana, keciptaran dapat bantuan "1 buah buku catatan rohani dan 1 buah pena" yang dibagi gratis oleh gharim mesjid jika sholat disana saat malam pertama Ramadhan. Buku catatan rohani itu dulu diperjual belikan di toko buku. Nahhh....walaupun tidak semua penghuni komplek selalu sholat tarawih di mesjid, tapi setidaknya ada beberapa pejabat yang rutin sholat disana, salah satunya bapak xxx. Pejabat tepatnya kepala dinas di sebuah instansi pemerintah, pernah sih bapak tersebut mengisi ceramah saat tarawih. Buku catatan Ramadhan saia terisi pulaklah paraf sang pejabat itu dulu. Dulu saia dan teman-teman ribut meminta tanda tanga dibuku catatan Ramadhan, padahal gharim mesjid sudah memerintahka mengumpulkan buku tersebut dan setelah itu diparaf atau ditanda tangai sama pejabat  yang mengisi ceramah, tapi ada teman yang curang. Ketika semua buku sudah terkumpul dan siap-siap mau ditanda tangani, tiba-tiba seorang teman sengaja "tidak masuk barisan", meletakkan buku catatan rohaninya di tumpukan paling atas. Biasanya semua protes karena buku setelah ditanda tangani/diparaf baru diminta stempel sama gharim mesjid. Sehingga masing-masing orang "menjaga" bukunya, akibat takut dicurangi lagi sampai rela mengelilingi sang pejabat saat memaraf buku sambil teriak..."saya lagi pak"... "saya lagi pak"  Padahal buku masih dalam barisan, diparaf pun sesuai urutan. Tapi namanya anak-anak, ngak ribut, ngak seru. Sampai si bapak pejabat menenangkan dengan ramah, "tenang semua diparaf..." paling kalau mulai kesal dia bilang...."kalau meribut, tidak saya paraf". Kami semua diam memperhatikan tangan si bapak pejabat menggoreskan parafnya dan ketika selesai diparaf, langsung mendatangi gharim mesjid yang duduk tidak jauh dari bapak pejabat tersebut dan sudah siap sedia dengan stempel mesjid, lagi-lagi berebut serta saling sikut hehehehe. 
Jangankan di mesjid jadi rebutan tanda tangan si pejabat, di kantornya pasti juga berebut orang yang mau dekat dan terlihat akrab hehehehe. 
Seiring waktu, usia bertambah dan saia makin dewasa, si bapak pensiun dan dulu ada orang yang saya kenal suka SKSD dengan beliau, tapi seiring jabatan sudah selesai, semua tidak sehangat dan sehormat dulu. Masih banyak sihh contoh, bahkan ada yang dulu saia ingat adalah pejabat "level RT" yang dulunya somse sewaktu masih menjabat, bayangkan saya minta tanda tangan surat pengantar pembuatan KTP, sudah bermalam di rumahnya tapi lantaran saya kelupaan minta tanda tangan alm. bapak saya di formulir surat pengantar tersebut, besok paginya formulir saya dikembalikan melalui istrinya, tanpa ditanda tangani, padahal masih tetangga juga huhuhuhu...
Mana dulu Bapak saya pulang kerjanya malam hari hmmm...hhhh. Sementara lowongan kerja ingin saya lamar itu hari itu juga tutup. Paman angkat saia yang mau membantu saia sudah menyuruh cukup surat keterangan pengantar pengurusan KTP dari lurah aja. Jadi kalau sudah ditanda tangani, paginya saia bisa mengurus ke RW dan kelurahan. InsyaAllah kalau sudah dapat surat pengantar dari RT, tinggal ke bapak RW minta tanda tangan, hari itu insyaAllah bisa selesai. 
Padahal disurat pengantar tersebut tidak perlu tanda tangan ortu saya, yang perlu tanda tangan itu RT dan RW, baru dari surat pengantar tersebut dibuatkan surat pengantar pengurusan KTP oleh pegawai kelurahan. Cuma saia disuruh buat tambahan seperti keterangan pribadi yang saya tanda tangani dan apesnya, lupa di sebelahnya harus mengetahui Bapak saya. Sebenarnya surat pengantar RT dan RW itu hanya berisi surat keterangan bahwa saya memang warga daerah tersebut. Cuma itu aja kok 😢. Lalu di kantor lurah baru dari surat pengantar RT dan RW dibuat surat pengantar pembuatan KTP, setelah itu baru diteruskan ke kantor camat. Panjang yaaaaaa hehehehehe
Tapi paman angkat saya bilang, cukup surat pengantar sampai lurah saja, sudah cukup. Isshhh sampai kini kisah itu selalu teringat kalau berpapasan muka sama mantan pejabat RT itu, saya sihh berharap bisa menyembunyikan muka kalau ketemu. Bukannya sombong ya, tapi kalau sudilah dia membuatkan saia surat pengantar tersebut dulu, kali ada rezeki saia kerja ditempat itu huhuhu.... karena tahun besoknya jurusan yang diterima di tempat itu hanya untuk jurusan A1 (fisik) dan A3 (Sosial) sedangkan jurusan A2 (Biologi), ngak ada sama sekali. Itu pengalaman saia saat tamat SMA dulu, saat ada pembukaan di kantor.....  
  
Jadi ketika si pejabat tidak menjabat lagi dan pernah "dipersulit", saia kok masih sepersepuluh gondok ya, tapi mungkin doi ngak merasa apa yang saia rasakan, saia yang dianggap somse. Terserahlah, karena asal ingat wajah keduanya, suami istri tersebut ada perasaan 😪😪😪😪😪  Sampai hati yaaa,,,, Udah dulu yaaaa, selamat sholat subuh. Besok disambung  lagi, dan hari ini sukses cuma ngeblog 🙊🙊🙊 

Monday, May 27, 2019

Salon Muslim..."jadi gue nga boleh masuk nih ???"

Ramadhan sebentar lagi memasuki malam 10 terakhir, malam akan ditemukan malam Lailatul Qadar, malam pelimpahan rahmat. Semoga kamu, terutama aku khususnya menemukan malam Lailatul Qadar tersebut, amin. Dulu saat zaman SD, dirumah salah seorang temanku, panggil saja namanya Thata,  membuka pengobatan  bagi masyarakat, pengobatan penyakit non medis sih. Pengobatnya dipanggil ustad, kata Thata. Orangtua Thata sengaja menyediakan rumahnya sebagai tempat pengobatan ustad tersebut dan katanya lagi "keahlian" ustad tersebut karena pernah bertemu malam Lailatul Qadar. Entahalah, tapi begitulah temanku itu berkata dulu. Pernah saat aku dan dua orang temaku bermain ke rumah Thata, saat asyik ngobrol di ruang tamu, tiba-tiba pesuruh ustad tersebut menemui kami, menanyakan apakah ada diantara kami yang lagi datang bulan/haid. Kalau ada diharapkan untuk sementara keluar dari rumah Thata, karena sedang berlangsung pengobatan, karena kalau ada yang datang bulan/haid, maka itu merupakan pantangan pengobatan yang sedang berlangsung.
Dulu aku pikir karena selama haid itu maka keadaan diri "dalam keadaan kotor", ngak bisa sholat. Tapi baru kusadari kini, kali kami dulu ngobrolnya rada kencang, jadi ngusir secara halusnya begitu hehehehe. Tapi alhamdullillah, diantara kami tidak ada yang lagi haid dan kami tetap ngobrol di ruang tamu tapi dengan suara agak dikecilkan volumenya. Untuk menuntaskan rasa ingin tahu beberapa puluh tahun lalu, malam ini aku sengaja browsing di mesin pencarian google, jemariku mengetik .."hubungan jin dengan pengobatan alternatif", yang keluar malah artikel dan satu ulasan dalam format video..."darah haid makanan jin ??"
Hmmm...sama aja, tidak memuaskan penjelasannya. Ya sudahlah, biarlah tertimbun bersama kenangan cerita Ustad tersebut yang sampai detik inipun aku belum pernah bertatapan muka dengan ustad tersebut walau beberapa kali bermain ke rumah Thata. 
Balik ke sepuluh malam terakhir Ramadhan tahun ini, dimana keberuntungan bertemu malam Lailatul Qadar ada pada sepuluh malam terakhir terutama malam-malam ganjil. Sejak mendengar temanku dulu yakni Thata bercerita tentang ustad tersebut memperoleh kepandaiannya karena bertemu malam penuh rahmat alias bertemu malam Lailatul Qadar, aku pun pengen punya kepandaian mengobati orang, terutama hatimu. Ehemmm...agar selalu damai melihatku terutama saat pamer di sosmed dengan segala kurang dan lebih dikitku hehehehehe. 
Saat di medsos, banyak hal menarik yang menjadi keingintahuan atau sifat kepoismeku seperti membaca postingan orang hehehehe, sampai ada penulis eh wartawati ding, sedikit kurang suka karena aku "terjun payung" dan mendarat di wall FBnya, sampai didaratan wall-nya terdengar bunyi pedang beradu, mirip perkelahian pendekar hehehehe. Soalnya dia awal pembuka statusnya, tertulis kalimat, seolah penegasan paling tegas menurutku.....
"Sepupu saya, dia seorang wanita katholik. "
Selanjutnya dia membahas bertemu salon yang didepannya bertulis "Salon Muslimah".
Just that's it. Dia tidak masuk ke salon itu dan hanya menjawab penasarannya sendiri, ibarat ketemu masalah sendiri, baca sendiri, bahas sendiri, ambil kesimpulan sendiri. Kalau nulis skripsi habis dibantai penguji, manusia seperti ini....
  
Penguji       :     Apa topik yang diangkat dan masalah lo ? (gaul dikit coy, secara dosen lebih "elegan" kalau ngomong, sedikit revisi skripsi, hanya tulis tanda tanya gede di halaman skripsi, saya yang muntaber sampai mencret meraba-raba maksud tulisan tanda tanya tersebut, ditanya balik ke dosen, takut tambah pusing lagi, jalan tengahnya bertanya sama teman yang tingkat kepintarannya 1 atau 2 oktaf diatas aku hehehehe).

Dia              :    Hubungan Salon Muslimah dengan Tingkat Kedatangan Pelanggan Beragama Beda Ditinjau dari Teori Perpindahan Pelanggan dalam Membaca Teks Dipintu Masuk Periode Tahun 20xx
Permasalahannya adalah...."gue ngak boleh masuk nih ???"

Penguji       :   Grand teori siapa yang kamu pakai ??
Dia             :   Hmmm...hmmmm...Toleransi, karena itu tidak bla...bla...bla...
Penguji       :   Salon Muslimah itu apa ?? Sudah berapa kali kamu datangi salon muslimah ?
Dia             :   Saya baru membaca teks dipintu masuk, dan saya rasa hal yang menjadi
                       masalahnya..."gue ngak boleh masuk nih". Kedatangan saya hanya sampai depan 
                       pintu lalu kami pergi mencari salon lain yang sesuai rasa ketoleransian, rasa kesukaan
                       saya tanpa embel-embel muslimah

Sebagai notulen sidang ujian skripsi, saya menulis jalannya persidangan ujian tersebut dengan ulasan sebagai berikut karena kalau didengarkan lagi tanya jawab antara "penguji" sama dia, membuat saia menarik sarung dipedang hehehehe. 
Udah nga jadi nyalon, cuma baca doang, ingin memberi gambaran betapa tidak toleransinya hal-hal yang dikhususkan tersebut, jangankan mencoba, minimal baca dari artikel yang ada, katanya wartawati, pengetahuannya seperti wartawati hehehehe. Setidaknya kamu punya sedikit waktu, meluangkan hatimu membaca apa itu salon muslimah ??
Kenapa dia tidak mempertanyakan dipintu kantor atau mall sekalipun, ada tulisan di pintu suatu ruangan, terbaca..."Dilarang masuk bagi yang tidak berkepantingan !", kalau pun mau dibawa pake undang-undang, salah satunya undang-undang Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009 yang membahas tanda larangan. Ada rambu-rambu lalu lintas dimana tidak boleh masuk, tidak boleh berhenti, dilarang belok kiri, dilarang masuk bagi orang jelek hehehehehe. Yang terakgir cuma candaan. See, ada aturan tertulis maupun tidak tertulis sebelum menulis...."jadi gue ngak boleh masuk nihhhh"
Untuk ukuran salon muslimah, ngak perlu juga sampai pake undang-undang, cukup TST alias Tahu Sama Tahu, bukan Tahu Sama Tempe. Sebagai tahu sesama tahu yang dibekali keingintahuan dan mencari rasa tahu, bukan berarti harus menjadi sok tahu atau ketahuan tidak mau tahu hehehehehe
Salon muslimah itu tidak perlu harus merazia KTP, cuma ada aturan khusus selama menggunakan jasa pelayanan salon muslimah. Diantaranya TIDAK BOLEH bercampur dengan laki-laki, jadi selama kamu di salon muslimah, harap jangan bawa laki-laki. Mungkin muhrim bagimu tapi bagi pengguna jasa lainnya gimana ?? Lalu produk yang digunakan halal, artinya tidak terkontaminasi dengan bahan-bahan yang diharamkan oleh syariat agama Islam. Jangan minta treatment yang tidak dibolehkan dalam syariat Islam diantaranya cabut atau cukur alis, mewarnai rambut dengan warna hitam, menyambung rambut atau hair extension sampai tanam bulu mata. 
Ya..kalau mau facial, creambath dan spa serta perawatan rambut mulai potong sampai masker rambut, bisa kok. Terlebih melayani wanita non muslim seperti yang diberitakan Republika....

  "Salon Muslimah. Ini Kelebihannya ? (Bagian-1)"


..."jadi gue ngak boleh masuk ini ???"

Trang..trang..trang....terdengar sabetan pedangku beradu dengan pedangnya, sampai mencret adu pedang begini pasti sampai pagi malah berepisode menjadi sindiran di statusnya ! Kamu wartawati apa wartawati sihhhhh ??

 Alhamdullilah akhirnya bisa diakses juga....💘💗💖💕