Malas sangatlah untuk memulai pr malam ini, padahal dari kemarin sudah kesana kemari, supaya sedikit fresh. Mau buat pr belum mood, mau menulis remeh-remeh di blog juga ngak tahu menulis tentang apa, padahal kan ngak dibaca orang hahahahaha. Bodo amat hehehehehe 😎😎😎
Mau cerita pelakor lagi (hahahahaha), sampai-sampai ada yang merasuk dikira beneran. Itu salah satu kegunaan menulis menurut saia, dapat mempengaruhi lebih tepatnya meracuni pikiran beberapa teman, buktinya kemarin ada yang nyindir-nyindir di depan saia,. Huhuhuhu...tapi kalau saia ngak melakukannnya, kenafa tersinggung, ya ngak ?? Santai aja macam di pantai tapi dalam hati mengutuk-ngutuknya...."eeee monyet macam ngak tahu aja kalibermu.."
Musti kudu harus dalam hati mengucapkannya secara saia cinta damai hehehehe, apalagi damai pakai maaf. Ya, orang berniat dalam hatinya siapa tahu kan ??? Kanlah. Padahal kejahatan itu rumusnya hanya Niat + Kesempatan. Kalau udah ada niat dan ada kesempatan, pastilah jadi sebuah kejahatan, tapi Bang Napi bilang kejahatan itu karena ada kesempatan...kesempatan. Waspadalah ! Waspadalah ! Niatnya dimana ??? Kali dianggap emang semua udah punya niat hehehehehe. Sudahlah, walaupun puisinya udah dipersiapkan dari rumah, anggap aja emang si Ibu Konde tidak berniat menyakiti dan Beliau melihat keadaan Indonesia terlebih wanita Indonesia, yang dianggapnya tidak berkebaya tidak Indonesia, tidak berkonde Tidak Indonesia, wujud Ibu Indonesia itu seperti Ibu Kita Kartini, putri Indonesia. Harum, namanya.
Menjalankan syariat agama masing-masing yang jelas-jelas dijamin dalam UUD 1945 tentang kebebasan beragama dan negara juga mengakui Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila. Kalau berganti menjadi bercadar, itu salah satu bukti ketaatan para Ukhti menjalankan perintah agamanya, mungkin ketakutan pasti semua perempuan Indonesia suatu saat kelak akan bercadar, padahal pilihan baju muslimah itu beragam. Di Pekanbaru sendiri dikenal "baju kurung", baju ini merupakan baju tradisional perempuan khas Melayu, kalau liat sinetron-sinetron Indonesia mungkin sedikit langka perempuan memakai baju kurung. Tapi kalau melihat sinetron atau film Malaysia atau tampilan pesohor dari negara seberang seperti Siti Nurhaliza, model baju kurung ini banyak bertebaran. Jadi mestikah tudung atau penutup rambut sebagai pelengkap baju kurung diganti konde atau baju kurung khas Melayu diharuskan berganti kebaya biar dibilang Saia Indonesia, Saia Pancasila. Padahal sejak zaman baheula, baju kurung ini merupakan baju khas perempuan Melayu.
Memang kebiasan dari zaman dahulu kala mungkin melihat gambaran Indonesia itu hanya tampilan wanita Jawa saja ??? Hellow, Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke, bukan dari Sabang sampai Medan ! Bukan pula dari Sabang sampai Tanah Abang, terlebih sangat tidak tepat kalau Indonesia itu dari Sabang sampai konde.
Isshhhh saia udah jadi tuhan ya hahahahaha. Kalau saia memberikan pendapat, saia dibilang hoax dan begitu juga kalau dia memberikan pendapat, sudah pasti saia bilang hoax. Yaaa mirip debat Adian sama Ali Sera di ILC, seperti itulah hehehehe. Dulu saia melihat Adian saat acara debat sebagai salah satu wakil mantan mahasiswa yang ikut dalam sejarah reformasi tahun 1998, saia suka....
Begitulah tampilan aktivis kampus membacakan orasinya saat zaman reforamasi dulu, penuh semangat, berapi-api, bicaranya sesuai kondisi saat itu. Pokoke demi...demi lah
Saia waktu itu ?? Saat aktivis kampus orasi dan ada yang membakar sebuah ban di lapangan sebagai tanda keseriusan acara, saia dan beberapa orang teman duduk manis dibawah pohon kelapa hibrida depan kampus sambil kenalan sama aparat yang jaga hahahahahaha. Tapi pas giliran saia memperkenalkan diri, tiba-tiba ada yang teriak dari arah luar pagar kampus...Si Aparat langsung gerak cepat mengejar si provokator. Sialan, mustikah saia teriak juga supaya dikejar ???
"Turunkan harga BBM, turunkan tarif listrik" atau turunkan "mantan mahasiswa" yang orasi saat zaman reformasi itu. Karena setelah duduk manis jadi anggota dewan, ternyata sama seperti yang pernah dia harapkan untuk turun tahta dulu, malah ikut-ikutan tertidur di ruang sidang ! Mungkin dia lelah, bisa jadi. Atau mungkin dia target dengan judul "pengaruh tidur terhadap penurunan citra diri pada ruang sidang...."
Lalu ada yang ngasih pendapat "orang cerdas itu bla...bla..bla..."
Alat ukur cerdasnya hanya rasa-rasa yang dirasa atau panjang tulisan, lama tinggal di luar negeri serta menggunakan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan dijadikan dikit-dikit jurnal dan tak lupa sempurna asli kelompok mereka hehehehehe. Sorrr dirasa, gasss, ngak sorrr dirasa libaskan, ya ngak ? Padahal kalau mau jujur..."orang pintar itu......minumnya tolak angin..." Huhuhu... Peace !