Hujan masih mengguyur Kota Pekanbaru dari tadi sore, udara dingin menjelang pergantian tahun baru Islam besok. Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1439 H. Udara yang dingin begini enaknya makan yang panas-panas seperi gorengan ditambah membaca berita "terpanas" di beranda face bauty gua, pemutaran film G 30 S PKI. Film wajib tiap Bulan September zaman gua dulu. Hampir tiap tahun gua nonton walaupun udah tahu endingnya bagaimana, masalahnya dulu hanya ada satu channel tv yakni TVRI. Bukan terpaksa nonton, ya pengen nonton aja. Pilihannya hanya dua : menonton atau tidur. Simple toh. Bagi gua yang emang hobi menonton mulai dari sidang terbatas bidang ekuin dengan jubir Bapak Harmoko yang selalu berkata "atas petunjuk bapak presiden" sampai menonton acara dari desa ke desa, kalau ngak salah nama pembawa acaranya : Sambas.
See, zaman gua begitu sederhana, bayangkan film unyil aja nonton 1 kali seminggu, hanya di hari minggu. Kalau sekarang ??? Film anak-anak berserak-serak dari yang terlucu sampai paling terhero di hampir semua televisi. Apa yang gua ambil selesai nonton film G 30 S PKI ? Hikmahnya adalah gua melihat pameran Soekarno dan Soeharto. Dua orang presiden RI pertama dan kedua. Zaman dimana anak-anak baik Soekarno dan Soeharto mungkin masih sama-sama sebaya kali.
Dan zaman ini gua melihat seperti cerita ......."beberapa tahun kemudian" dimana para anak-anak Soekarno dan Soeharto menjadi penerus "perjuangan". Kalau cerita kisah orangtua diteruskan ke kisah anak-anak, mirip nonton telenovela atau film-film India atau bahkan kisah Indira Gandhi atau Benigno Aquino Jr.
Saat kejatuhan Bpk. Soekarno di tahun 1965 dengan peristiwa G 30 S PKI, diteruskan oleh Bpk. Soeharto dan beliau "lengser keprabon" dengan peristiwa gerakan reformasi tahun 1998. Melihat kisah dua orang presiden diatas dan kini dengan masing-masing penerusnya, mengingatkan gua tentang sebuah cerita wayang yang sempat dibaca dulu....."Karno Tanding"
Disela-sela cerita wayang, gua juga disuguhi cerita selingan dan terkadang lucu, adakalanya penuh hikmah "permusyawaratan dan perwakilan" dari sebuah kisah yang dilakonkan Semar, Petruk, Gareng dll. Gua pikir mereka seperti netizen zaman sekarang hahahaha, ada yang lucu, bijaksini sampai baperan mirip gua kali hehehehehe. Atau mirip you ??? Wayang bi'dah ? Zaman nabi mana ada wayang ?
-------------------------------------------
Wayang kulit sebagai salah satu
dari berbagai akar budaya seni tradisional Indonesia, pada masa lampau,
terutama di Jawa, ikut berperan penting terhadap perkembangan agama Islam di
negeri ini. Agama Islam
berkembang ke berbagai pelosok dunia termasuk di Indonesia. Kedatangan agama
Islam ke negeri ini telah melewati beberapa negara di dunia sudah barang tentu
memiliki adat, kebiasaan dan kebudayaan sendiri yang sedikit banyak telah
memengaruhi perkembangan agama Islam yang masuk ke Indonesia. Sehingga telah
mengalami penyesuaian-penyesuaian, termasuk penyebaran melalui seni tradisional
wayang kulit, kata Widodo, M.Sn. dosen Jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik
Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Semarang. (Sumber ; http://www.republika.co.id/berita/shortlink/6692)
Tradisi pesantren tidak bisa dilepaskan dengan tradisi
wayang. Sejak adanya tradisi pesantren di Nusantara, wayang mulai menjadi
bagian dari kehidupan santri. Saat ini, penghuni pondok pesantren perlu
mengenal tradisi wayang. Pasalnya, wayang bisa mnejadi alat introspeksi diri.
Tokoh-tokoh dari lakon wayang merupakan refleksi atas manusia. (Sumber : http://www.nu.or.id/post/read/56032/santri-perlu-mengenal-tradisi-wayang)
Wayang
merupakan produk budaya masyarakat yang ada jauh sebelum Islam datang di
Indonesia, khusunya Jawa. Sunan Kalijaga menjadikan wayang sebagai sarana dan
media dakwah Islam melalui seni dan budaya. Materi dan perwajahan wayang
diasimilasikan dengan doktrin Islam melalui bahasa-bahasa yang lebih islami dan
menanamkan tauhid. Melalui pengkajian pustaka, tulisan ini mendeskripsikan
wacana pewayangan yang dikembangkan sunan kalijaga dalam perspektif pendidikan
Islam. Bahwa wayang yang telah menjadi warisan budaya nusantara ini sejak
periode awal islamisasi telah disuguhi materi dan doktrin islam melalui
bahasa-bahasa Islam yang dijawakan sehingga relevan dan mudah dipahami oleh
masyarakat sekitarnya.
(Sumber :
https://media.neliti.com/media/publications/67434-ID-islam-dan-kebudayaan-wayang-sebagai-medi.pdf)
-------------------------------------------------------------------------
Untuk menanam sebuah tanaman agar dapat tumbuh subur adalah dengan memperhatikan "tanah"nya, bukan tanah yang menyesuaikan dengan batang ubi/tanaman. Malam ini hanya sekedar cerita wayang saja saia, panggung cerita dan lepas tu berdoa di malam tahun baru Islam ini, semoga lebih baik dari hari kemarin................"Selamat Tahun Baru."