Hah ?!?? Apa ??!!! Asli takajuik body gua, kaget ! Salah satu warung bakso yang gua suka dari dulu ternyata menggunakan olahan daging babi. Weleh...weleh....., belum percaya adinda. Hmm....hmm....tapi hasil berita dari beberapa koran online lokal memberitakan hal tersebut. Jangan-jangan iya, atau jangan-jangan "konspirasi tingkat tinggi" hehehehe alias persaingan usaha. Gua mengikuti perkembangan warung bakso ini, mulai dari warung kayu semi permanen, lalu pindah ke Rajawali dengan tempat rada elit, lantas pindah lagi ke tempat semula dan pernah buka cabang di Jalan A. Yani lantas kini kembali berjualan di tempat semula tapi sudah berbentuk ruko. Gimana gua ngak mengikuti perkembangan bakso itu, praktis setiap pindah, bodi gua terpaksa ikut pindah posisi juga... Menurut berita online tersebut pada Bulan Mei 2017 lalu pihak warung bakso didatangi oleh BBPOM Pekanbaru. Berdasarkan dari hasil pengujian BBPOM Pekanbaru dengan nomor kode sampel 147/TPS/i/PBB/V/2017 yang ditujukan untuk Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru, mencatat, bakso tersebut terdeteksi Fragmen DNA Spesific Porcine (Babi) dan pernyataan Kepala Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan BBPOM Pekanbaru,
Adrizal menyatakan hasil pemeriksaan uji sample ada indikasi daging celeng
(babi). Namun Adrizal enggan mengungkapkan kapan pemeriksaan sampel tersebut
dilakukan. Dia hanya menuturkan bahwa pihaknya telah memeriksa sampel yang
dibawanya dari pemilik warung bakso tersebut.
Bisa dibayangkan usaha yang rintis dari mulai warung kayu dari tahun 2004 sampai sekarang harus hancur dalam kurun waktu Mei 2017 s/d Agustus 2017, sepadan ??? Ng..ng....tidak.
Ibarat kuliah 3 1/2 tahun s/d 5 tahun, gagal di ujian comprehensive/skripsi yang hanya memakan waktu 1/2 s/d 1 1/2 jam, sepadan ngak ???
Perjuangan bolak-balik kampus dengan segala tugas dan dosennya serta teman-teman dengan tingkah polahnya selama 3 1/2 - 5 tahun kuliah, belum lagi segala tetek bengek penampilan yang harus tetap menyakinkan sebagai anak kuliahan, hancur dalam jangka waktu 1/2 jam di ruang sidang skripsi. Sepadan ??? Tidak...
Kasus pencampuran daging sapi dengan daging babi dalam kondisi segar
atau yang sering disebut dengan daging oplosan semakin marak terjadi di
Indonesia. Dari penuturan pemilik warung bakso langganan gua tersebut, daging bakso tersebut diolah sendiri namun penggilingannya dagingnya di upahkan di pasar Cik Puan.
Kasus daging oplosan menjadi permasalahan yang meresahkan bagi
masyarakat terutama gua yang beragama Islam, untuk itu berharap adanya keamanan pangan sehingga dapat mendeteksi kontaminasi daging babi
walaupun dalam level kontaminasi yang rendah. Juga kasihan sama pengusaha yang telah merintis usaha sejak lama gegara "aroma daging babi".
Dari zaman gua SD dulu isu minyak babi sampai gua beranjak dewasa masih ada "aroma babi", dengan adanya indikasi daging babi ! Mengingat menimbang daging babi emang murah sih dibandingkan daging sapi. Karena pernah beberapa kali makan di warung yang terindikasi daging babi tersebut, gua juga ngak seenaknya membabi buta menuduh bahwa ada kesengajaan pengusaha/pemilik warung mengingat si Bapak udah dari tahun 2004 merintis membuka usaha bakso tersebut.
Merintis karier menjadi tukang like status orang di FB aja, gua kudu musti menyediakan waktu buka FB, beli paket internetan plus modal hp kamera untuk memamerkan foto selfie gua, dari 40 foto selfie, hanya 3 yang layak tayang, susah lho hanya untuk selfi doang, muka gua segede taplak meja harus mahir diedit menjadi seimut sapu tangan anak TK.
----------------------------
Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan
dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Lukmanul Hakim, mengatakan,
daging olahan memang memiliki banyak titik kritis keharaman yang perlu
diwaspadai. Menurut
dia, proses pembuatan daging olahan menggunakan berbagai macam bahan campuran
seperti penyedap rasa maupun emulsifier. “Bahan-bahan campuran dari daging
olahan tersebut, seperti penyedap rasa maupun emulsifiernya masih diragukan
kehalalannya,” tutur Lukmanul.
Sehubungan dengan beredarnya isu di media
sosial terkait kehalalan bahan makanan yang dalam proses pembuatannya
menggunakan bahan tambahan berasal dari babi, Badan POM memandang
perlu memberikan penjelasan sebagai berikut :
Badan
POM melakukan evaluasi keamanan, manfaat, serta mutu obat dan makanan,
termasuk semua bahan yang digunakan untuk pembuatannya, sebelum produk
tersebut diberikan nomor izin edar Badan POM.
Berdasarkan
penelusuran data base produk halal LPPOM MUI, produk yang diisukan positif
mengandung babi tersebut sudah tersertifikasi Halal MUI dan sertifikatnya
masih berlaku
Sementara terkait tidak dikantonginya
surat laik sehat, pengelola Bakso tengah
mengurusnya. Saat dikonfirmasi pemilik bakso membenarkan bahwa warungnya tidak
memperpanjang surat tidak laik sehat. Ia beralasan bahwa surat itu belum sempat
diurus karena pada saat bersamaan lokasi tempat ia berusaha direnovasi.
Sementara itu, terkait
temuan BBPOM Pekanbaru yang menyebutkan bahwa daging bakso yang ia sediakan
mengandung babi, pemilik bakso membantahnya dengan tegas. Sementara itu, pemilik bakso menuturkan warungnya telah tutup sejak Kamis kemarin (24/8) atas permintaan
BBPOM Pekanbaru. Dirinya berharap usaha warungnya dapat kembali beroperasi dan
dinyatakan bersih dari dugaan menggunakan daging babi.
(Sumber : http://nasional.republika.co.id/)
---------------------------------------------
Banyak yang ngak sinkron kalau membaca berita satu dengan yang satu, imbasnya rentan mematikan usaha kecil menengah yang terbukti saat zaman krisis moneter mampu bertahan seharusnya digalakkan mengingat menimbang bentar lagi memasuki tahun 2018, kayaknya tahun yang diakhiri angka 8 kayaknya suka kena krisis kali. Tahun 1998, krisis ekonomi di Indonesia, tahun 2008 krisis ekonomi global. Tahun 2018 krisis apalagi ??? Ceile sotoy yak, emang warung bakso bisa membuat krisis ekonomi ??? Kata Jeng Kelin tersenyum lebar. Hhhh..bisalah kalau semua tukang bakso bersama-sama membuat Koperasi Bakso Beranak "Makmur Sejahtera" yang isi dalam baksonya uang satu dollar hehehehehe, bakal ramai orang yang memborong bakso tersebut. Akibatnya permintaan bakso beranak uang tersebut meningkat sedangkan penawaran tetap, maka dipastikan harga akan naik.....
Isu halal-haram ???? Berdasarkan kutipan George Soros yang dianggap biang kerok terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 di Malaysia, Thailand termasuk Indonesia dan terkenal dengan julukan "The Man Who Broke Bank of
England"......Pasar selalu berada di sisi
keserakahan (greed) atau ketakutan (fear). Dari dua hal itukeserakahan
masih lebih baik daripada ketakutan, selama keserakahan itu tidak di luar
kendali.
Seandainya manusia diberi dua lembah berisi
harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga............................... (HR. Bukhari no. 6436)