Episode selanjutnya....
Entah mengapa gua tadi malam buka beranda FB dan ketemu ada yang posting gambar ini. Gua pikir ini hanya gambar kartun biasa. Seekor burung, garuda kayaknya melawan seekor ular atau naga kayaknya. Gua sama sekali ngak tahu cerita pewayangan, wong saat acara pagelaran wayang zaman dulu di TVRI, gua pasti langsung tidur. Soale ngak ngerti bahasa si Dalang. pake bahasa jawa. Emang sihh ada terjemahannya pake bahasa Indonesia di layar TV.
Juga saat zaman gua kecil dulu, lupa kelas berapa, ada salah satu statiun TV swasta menayangkan Mahabrata. Gua ngak ngikuti kalee, tapi kayaknya ceritanya tentang Pandawa dan Rahwana. Cerita Naga dan Garuda kayaknya gua musti browsing ke mbah Google. "Bumi gonjang ganjing....." trek...tek...tek...tek....
Juga saat zaman gua kecil dulu, lupa kelas berapa, ada salah satu statiun TV swasta menayangkan Mahabrata. Gua ngak ngikuti kalee, tapi kayaknya ceritanya tentang Pandawa dan Rahwana. Cerita Naga dan Garuda kayaknya gua musti browsing ke mbah Google. "Bumi gonjang ganjing....." trek...tek...tek...tek....
Ntar diceritakan cerita keislaman sesuai agama gua, gua dibully abis-abis dan dibodohi teori pakai tanpa pakai atau dianggap kaum bumi datar. Eleh ! Ya...Bani TTS, mendatar menurun......
Dalam Kisah Mahabrata dalam buku pertama atau atau bagian (parwa) pertama dari kisah Mahabharata berisi ringkasan keseluruhan cerita Mahabharata, kisah-kisah mengenai latar belakang ceritera, nenek moyang keluarga Bharata, hingga masa muda Korawa dan Pandawa). Gunanya ???? Ya cuma nambah wawasan gua aja hehehehe.
Dalam Kisah Mahabrata dalam buku pertama atau atau bagian (parwa) pertama dari kisah Mahabharata berisi ringkasan keseluruhan cerita Mahabharata, kisah-kisah mengenai latar belakang ceritera, nenek moyang keluarga Bharata, hingga masa muda Korawa dan Pandawa). Gunanya ???? Ya cuma nambah wawasan gua aja hehehehe.
------------------------------------------------
Kelahiran Sang Garuda
Sumber : http://tirtaamertacilacap.blogspot.co.id/2011/05/tirta-amerta-3.html
Daksa
memberikan putri-putrinya untuk dijadikan istri Resi Kasyapa. Pernikahannya
dengan Diti menurunkan Hiranyaksa dan Hiranyakasipu. Perkawinannya dengan Aditi
melahirkan Indra dan Vamana. Perkawinannya dengan Dewi Kadru melahirkan para
ular dan para naga, sedangkan perkawinannya dengan Dewi Winata melahirkan Aruna
danGaruda. Dari satu kakek yang sama, para cucunya ada yang menjadi tokoh
penegak dharma dan beberapa yang lain menjadi pemimpin golongan adharma.
Dewi Winata bersaing dengan Dewi Kadru. Dewi Kadru melahirkan ribuan butir telur yang menjadi ular dan naga, di antaranya menjadi naga Varuna dan Vasuki. Dewi Winata hanya melahirkan DUA BUTIR TELUR, dan karena lama tidak menetas, yang satu butir dipecahnya sebelum waktunya menetas dan menjadi Burung Aruna yang cacat. Kesalahan tindakannya nantinya harus dibayar dengan menjadi budak beberapa masa. Tugas Dewi Winata adalah memelihara dan membesarkan putra kandung dengan suka cita, akan tetapi karena tindakannya, dia harus merawat ribuan putra ibu lain dengan terpaksa.
Pada suatu hari Dewi Kadru bertaruh dengan Dewi Winata, mengenai warna ekor kuda Uchaiswara yang keluar dari samudera ketika para asura dan para dewa bersatu mengaduk samudera untuk mencari tirta amerta. Tirta amerta adalah air kehidupan yang membuat makhluk hidup abadi tak dapat mati.
Para anak-anak ular dan naga memberi tahu ibunya bahwa sang ibu yang memegang taruhan warna ekor kuda tersebut hitam akan kalah, karena sejatinya ekor kuda tersebut berwarna putih. Dewi Kadru minta para anaknya bersatu menutupi ekor kuda agar menjadi nampak berwarna hitam. Naga Varuna, Basuki dan beberapa yang lain menolak dan dikutuk akan mati menjadi hewan persembahan. Para naga yang dikutuk kemudian bertapa mohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa. Akhirnya kedua dewi tersebut melihat bahwa ekor kuda berwarna hitam dan Dewi Winata menjadi budak Dewi Kadru untuk merawat anak-anak putra Dewi Kadru.
Telor Winata lainnya akhirnya menetas menjadi Garuda. Garuda paham bahwa dirinya harus berterima kasih kepada ibunya yang telah menyebabkan dirinya lahir di dunia. Dalam diri Garuda sudah ada benih kasih. Dia kemudian mencari ibunya dan akhirnya mengetahui bahwa ibunya menjadi budak perawat para ular dan naga. Garuda berusaha sekuat tenaga membebaskan, akan tetapi para ular dan naga sangat lincah di samudera. Akhirnya Garuda bernegosiasi dengan memberikan pengganti untuk dapat membebaskan ibunya dari perbudakan. Para ular dan naga minta barter “tirta amerta”, air yang membuat mereka tidak mati. Garuda berupaya sungguh-sungguh untuk mendapatkan air tersebut. Segala halangan dan rintangan dilewatinya untuk mendapatkan tirta amerta.
Benih kasih yang berpotensi menjadi bhakti dalam diri Garuda
Dewa Wisnu melihat kesungguhan dalam diri Garuda. Seorang Guru telah melihat adanya benih kasih dalam diri muridnya. Dia paham bahwa benih tersebut berpotensi mekar menjadi lembaga dan muridnya dapat mencapai keadaan bhakti. Salah satu syarat untuk meningkatkan kesadaran adalah berani dan yakin, fearless and no doubt terhadap Kebenaran. Garuda dalam upaya menyelamatkan ibunya telah melepaskan keraguan dan ketakutan.
Wisnu melihat benih kasih itu dalam Garuda ketika mencari tirta amerta. Wisnu bermaksud memberikan tirta amerta untuk diminum Garuda, tetapi Garuda menolak. “Terima Kasih Gusti, tirta amerta ini untuk membebaskan ibu saya dari perbudakan. Saya percaya kebijakan-Mu, saya yakin dan tidak ragu, bila memang tetap mau memberi anugerah, hamba juga tak pantas menolak, berikanlah anugerah lainnya, Gusti”.
Bhakti berarti pengabdian tanpa pamrih. Pengabdian yang sesungguhnya merupakan manifestasi Kasih. Tanpa Kasih, kita tidak dapat mengabdi.
Dewi Winata bersaing dengan Dewi Kadru. Dewi Kadru melahirkan ribuan butir telur yang menjadi ular dan naga, di antaranya menjadi naga Varuna dan Vasuki. Dewi Winata hanya melahirkan DUA BUTIR TELUR, dan karena lama tidak menetas, yang satu butir dipecahnya sebelum waktunya menetas dan menjadi Burung Aruna yang cacat. Kesalahan tindakannya nantinya harus dibayar dengan menjadi budak beberapa masa. Tugas Dewi Winata adalah memelihara dan membesarkan putra kandung dengan suka cita, akan tetapi karena tindakannya, dia harus merawat ribuan putra ibu lain dengan terpaksa.
Pada suatu hari Dewi Kadru bertaruh dengan Dewi Winata, mengenai warna ekor kuda Uchaiswara yang keluar dari samudera ketika para asura dan para dewa bersatu mengaduk samudera untuk mencari tirta amerta. Tirta amerta adalah air kehidupan yang membuat makhluk hidup abadi tak dapat mati.
Para anak-anak ular dan naga memberi tahu ibunya bahwa sang ibu yang memegang taruhan warna ekor kuda tersebut hitam akan kalah, karena sejatinya ekor kuda tersebut berwarna putih. Dewi Kadru minta para anaknya bersatu menutupi ekor kuda agar menjadi nampak berwarna hitam. Naga Varuna, Basuki dan beberapa yang lain menolak dan dikutuk akan mati menjadi hewan persembahan. Para naga yang dikutuk kemudian bertapa mohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa. Akhirnya kedua dewi tersebut melihat bahwa ekor kuda berwarna hitam dan Dewi Winata menjadi budak Dewi Kadru untuk merawat anak-anak putra Dewi Kadru.
Telor Winata lainnya akhirnya menetas menjadi Garuda. Garuda paham bahwa dirinya harus berterima kasih kepada ibunya yang telah menyebabkan dirinya lahir di dunia. Dalam diri Garuda sudah ada benih kasih. Dia kemudian mencari ibunya dan akhirnya mengetahui bahwa ibunya menjadi budak perawat para ular dan naga. Garuda berusaha sekuat tenaga membebaskan, akan tetapi para ular dan naga sangat lincah di samudera. Akhirnya Garuda bernegosiasi dengan memberikan pengganti untuk dapat membebaskan ibunya dari perbudakan. Para ular dan naga minta barter “tirta amerta”, air yang membuat mereka tidak mati. Garuda berupaya sungguh-sungguh untuk mendapatkan air tersebut. Segala halangan dan rintangan dilewatinya untuk mendapatkan tirta amerta.
Benih kasih yang berpotensi menjadi bhakti dalam diri Garuda
Dewa Wisnu melihat kesungguhan dalam diri Garuda. Seorang Guru telah melihat adanya benih kasih dalam diri muridnya. Dia paham bahwa benih tersebut berpotensi mekar menjadi lembaga dan muridnya dapat mencapai keadaan bhakti. Salah satu syarat untuk meningkatkan kesadaran adalah berani dan yakin, fearless and no doubt terhadap Kebenaran. Garuda dalam upaya menyelamatkan ibunya telah melepaskan keraguan dan ketakutan.
Wisnu melihat benih kasih itu dalam Garuda ketika mencari tirta amerta. Wisnu bermaksud memberikan tirta amerta untuk diminum Garuda, tetapi Garuda menolak. “Terima Kasih Gusti, tirta amerta ini untuk membebaskan ibu saya dari perbudakan. Saya percaya kebijakan-Mu, saya yakin dan tidak ragu, bila memang tetap mau memberi anugerah, hamba juga tak pantas menolak, berikanlah anugerah lainnya, Gusti”.
Bhakti berarti pengabdian tanpa pamrih. Pengabdian yang sesungguhnya merupakan manifestasi Kasih. Tanpa Kasih, kita tidak dapat mengabdi.
Wisnu amat berkenan dengan sopan santun dan etika Garuda dan minta Garuda menjadi kendaraan Wisnu. Garuda tidak hanya mendapatkan kehidupan abadi, tetapi setiap saat selalu mendampingi Yang Maha Memelihara, sebuah keadaan penuh berkah bagi seorang bhakta. Selanjutnya, Garuda mohon pamit untuk menyelesaikan tugas keduniawiannya, membebaskan perbudakan ibunya. Kita-kita ini selalu menunda panggilan Ilahi. Guru adalah Duta Ilahi, yang mengingatkan kita adanya benih kasih di dalam diri.
Di tengah perjalanan Dewa Indera menghentikan Garuda dan berpesan kepadanya, agar memberikan tirta amerta kepada para naga setelah Dewi Winata dibebaskan terlebih dahulu, agar dia tidak terpedaya ulah para ular dan naga.
Garuda minta Dewi Winata dibebaskan dan para naga diminta mandi dulu untuk membersihkan diri dari kesalahan yang telah mereka lakukan. Para ular dan naga mematuhi permintaan Garuda, mereka membebaskan Dewi Winata, dan mandi mensucikan diri. Ketika mereka sedang mandi, tirta amerta direbut para Dewa, sehingga para ular dan naga tak dapat hidup abadi, akan tetap mati walau dia dapat berganti kulit, meremajakan diri. Hukum sebab-akibat berjalan sangat rapi. Yang menipu akan ditipu.
-----------------------------------------
Teka-tekinya.......
Mirip keadaan sekarang ngak ? Ngak tahulah.....Dua butir telur itu perlambang ??? Siapakah garuda ? Diposisi mana para ular dan naga ???
Bernegosiasi dengan memberikan pengganti untuk dapat membebaskan ibunya dari perbudakan
Wisnu amat berkenan dengan sopan santun dan etika Garuda
Garuda mohon pamit untuk menyelesaikan tugas keduniawiannya, membebaskan perbudakan ibunya. Kita-kita ini selalu menunda panggilan Ilahi.
Tirta amerta direbut para Dewa, sehingga para ular dan naga tak dapat hidup abadi, akan tetap mati walau dia dapat berganti kulit, meremajakan diri....