Wednesday, November 16, 2016

NH Dini

Sekayu

Zaman gua SMP dulu, ada satu novel yang tidak sempat terselesaikan dibaca berhubung jadwal ujian akhir sekolah dan gua musti memulangkan buku tersebut karena untuk pengambilan ijazah, gua diharuskan tidak ada sangkut paut ama perpustakaan soal pinjam meminjam buku dan akhirnya gua lupa..... Novel  Sekayu karya NH. Dini, terlebih sebenarnya juga gua penasaran ama profil pengarangnya, NH. Dini....

----------------------------------------------------------

"Sekayu"
Sumber : http://estafetsenja.blogspot.co.id/2014/04/sastra-kenangan-nh-dini.html

Bercerita kehidupan Dini beserta keluarganya setelah Indonesia merdeka. Kehidupan mereka mulai mengalami perubahan yang baik, keluarganya kembali berkumpul. Tetapi dalam waktu yang tak lama setelah kebahagiaan itu terasa, Ayahnya meninggal karena sakit yang dideritanya.
Kehilangan sosok kepala keluarga membuat suasana keluarga jauh berbeda, bukan hanya masalah perekonomian, namun mereka mengalami kesepian ketika tersirat dalam benak senyum, canda dan tawa yang selalu Ayah mereka berikan dalam sela-sela waktu. Masalah perekonomian yang mereka alami masih sanggup Ibu tangani dengan hasil perkebunan, sewa pondokan dan bantuan kakak ipar Dini, Utomo, yang memang tak seberapa jika dibandingkan ketika Ayahnya masih ada.
Ketika SD, Dini telah di didik Ibunya untuk menjadi orang yang sederhana, sepeda yang ia gunakan untuk pergi ke sekolah adalah sepeda bekas Ayahnya, merupakan sepeda laki-laki yang berpostur tinggi dengan stang melintang antara kemudi dengan jok. Tentu saat itu Dini menginginkan sepeda yang memang khusus untuk perempuan seperti usia teman perempuan sebayanya, namun dengan nasehat Ibunya yang mengatakan “Sepeda hanyalah alat, bukan untuk gaya atau untuk bermewah-mewah” gugurlah keinginan Dini mencoba mengerti keadaan perekonomian mereka. Setelah lulus SD, Dini melanjutkan ke sekolah lanjutan, Ia mulai mengasah kemampuannya dalam menulis dan mengarang, Ia sering mengirimkan karyanya ke Radio Republik Indonesia, kemudian Ia di angkat sebagai penyiar yang akan membacakan karya-karyanya sendiri. Dari siaran tersebut Dini sudah bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan bisa membantu perekonomian keluarganya.
Ketika Ia beranjak dewasa, mulailah Ia dalam pengembaraannya mencari cinta untuk memenuhi hasrat manusiawinya, berkali-kali ia mengalami kegagalan dalam pengembaraannya, antara lain dengan beberapa lelaki bernama Dirga, mas Nur, Marso dan lain sebagainya. Malangnya nasib Dini dalam bercinta agaknya tak berlaku bagi kakaknya Maryam yang telah mendapatkan jodoh dan melangsungkan pernikahan.
Itulah akhir cerita dari novel “Sekayu”, berakhir kebahagiaan kakaknya yang tentu Dini pun ikut terbawa dalam suasana kebahagiaan tersebut, meskipun Ia belum menemukan kebahagiaan cintanya.

Novel yang sederhana, namun memiliki pesan moral yang tinggi, diantaranya, jadilah manusia yang sederhana dengan keadaan yang tidak bermewah-mewahan, karena hakekat hidup ini adalah bagaimana kita bisa menjalani hidup dengan keadaan yang apa adanya dan mencoba bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan.

-------------------------------------------------

Profil NH. Dini
Sumber : http://profil.merdeka.com/indonesia/n/nurhayati-sri-hardini-siti-nukatin 


Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau yang lebih akrab disapa NH Dini merupakan sastrawan, novelis, dan feminis Indonesia. Perempuan yang hanya bisa merayakan ulang tahunnya empat tahun sekali ini gemar menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. 

Dini merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara yang ditinggal wafat oleh bapaknya ketika dia masih SMP. Semenjak itu Dini sering terlihat melamun dan sering mencurahkan kegelisahannya dalam tulisan-tulisannya. Karya-karya yang telah ditelurkan oleh perempuan yang konon berdarah Bugis ini antara lain adalah puisi, kumpulan cerpen, novel, dan biografi. 

Dini telah menjadi pengarang selama hampir 60 tahun, akan tetapi ia baru menerima royalti honorarium yang bisa menutupi biaya hidup sehari-hari baru-baru ini. Tahun-tahun sebelumnya ia mengaku masih menjadi parasit dan sering dibantu oleh teman-temannya untuk menutupi biaya makan dan pengobatan. Dini pernah sakit keras, hepatitis-B, selama 14 hari. Gubernur Jawa tengah saat itu, Mardiyanto, membantu biaya pengobatan Dini.  

Dini sempat menikah dengan Yves Coffin, Konsul Prancis di Kobe, Jepang, pada 1960 dan beberapa kali berpindah tempat tinggal dari negara satu ke negara yang lain. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang dan Pierre Louis Padang. Setelah bercerai, Dini kembali ke Indonesia dan tidak berhenti berkarya. Anak sulung Dini kini menetap di Kanada, dan anak bungsunya menetap di Prancis. Sementara Dini tinggal di Panti Wredha Langen Wedharsih, Ungaran.

 Alhamdullilah akhirnya bisa diakses juga....💘💗💖💕