Sedikit kecewa juga sihhhh, seorang teman di FB yang kebetulan ngak seagama, buat meme "dikira lucu" untuk menyindir tentang ibadah puasa......Gua sih pastilah kecewa baca statusnya dan ada juga teman sesamanya yang mengingatkan untuk tidak membuat status tersebut. Apakah hanya muslim aja yang mengenal ibadah puasa ??? Asli gua tempe soal ini hehehehehe....
Karena terkadang ibadah puasa yang gua jalani jadi olok-olokan, ternyata sebenarnya doi juga menjalaninya heheheheheee....
----------------------------------------------------------------------
Sumber : http://www.tanyaalkitab.com/2012/12/puasa-dalam-agama-kristen.html
Apakah tujuannya kita berpuasa?
1. Untuk merendahkan diri di hadapan Allah
2. Untuk menyatakan rasa kasih kita kepada Tuhan Yesus
3. Untuk mendisiplinkan tubuh kita dari keinginan duniawi, salah satu cara untuk menyangkal diri.
4. Untuk menambah rasa simpati kepada sesama, agar bisa merasakan penderitaan orang lain.
5. Untuk meminta jawaban Tuhan atas permasalahan kita.
6. Untuk mengusir jenis setan tertentu yang hanya bisa diusir dengan doa puasa.
Apakah dalam Agama Kristen ada yang namanya Puasa?
Agama
Kristen Protestan tidak mewajibkan untuk berpuasa, sedangkan Kristen
Katolik mewajibkan untuk berpuasa pada masa pra-paskah.
Bagaimana cara kita berpuasa?
Terserah
pribadi masing-masing. Tentukan sendiri jangka waktunya: 8 jam, 1 hari,
1 hari 1 malam, 3 hari, 7 hari, 40 hari, dst. Tentukan jenis puasanya:
hanya makan sayur, tidak makan, tidak makan dan tidak minum, atau puasa
kebiasaan jelek seperti ; tidak merokok, tidak berjudi, dll.Perbanyak
jam doa, pujian penyembahan dan baca Alkitab spy lebih efektif.
Apakah Tuhan Yesus mengajarkan agar kita berpuasa?
Ya,
Yesus mengajarkan agar murid-muridNya untuk berpuasa. Tuhan Yesus
berkata: “Dan apabila kamu berpuasa,…” (Mat 6:16). Kata apabila artinya
adalah sebagai orang Kristen, pada suatu saat kita akan berpuasa. Hanya
waktunya sebaiknya tidak diwajibkan oleh agama, karena niat berpuasa
timbul dari masing-masing pribadi.
Apa yang Yesus ajarkan ketika kita berpuasa?
Sedapat
mungkin agar tidak ada orang lain yang tahu jika kita berpuasa. Biar
hanya Tuhan yang tahu dan memberi upah kepada kita. Oleh karena itu
agama Kristen tidak mewajibkan waktu puasa.
Mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa ketika Ia bersama mereka?
Karena puasa adalah untuk menunjukkan kepada Allah, sedangkan Yesus adalah Imanuel (=Allah beserta kita).
Untuk apa berpuasa jika Allah sudah ada di tengah-tengah mereka?
Yesus
telah menjelaskan dalam Mat 9:15. Yesus juga menerangkan lewat
perumpamaan bahwa puasa dalam Perjanjian Lama berbeda dengan puasa dalam
Perjanjian Baru. (Mat 9:16-17).
Apakah bedanya puasa dalam PL dan PB?
Puasa
dalam PL yang dilakukan secara rutin oleh bangsa Israel adalah untuk
menantikan kedatangan Mesias, Penyelamat bangsa Israel yang dijanjikan
dalam kitab Taurat dan kitab para nabi. Sedangkan dalam PB, Mesias telah
datang dan berkarya. Artinya Keselamatan sudah datang, dan kita
berpuasa untuk menjaga keselamatan yang sudah kita miliki.
Apakah ada niat puasa selain jawaban diatas?
Ya,
seperti Musa dan Elia, mereka berpuasa karena memang Tuhan memberikan
kekuatan untuk bersekutu secara intim dengan Tuhan, sehingga mereka
tidak merasa lapar dan haus, seperti keadaan di sorga. Lainnya untuk
situasi yang mendesak, untuk meminta belas kasihan dati Tuhan, untuk
meminta agar Tuhan bertindak dalam masalah kehidupan kita, untuk meminta
kekuatan Allah dalam pelayanan.
Apa saja puasa yang tercatat dalam PL?
1. Puasa Musa, 40 hari 40 malam tidak makan dan tidak minum (Kel 24:16 dan Kel 34:28)
2. Puasa Daud, tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2 Sam 12:16)
3. Puasa Elia, 40 hari 40 malam berjalan kaki (1 Raj 19:8)
4. Puasa Ester, 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Est 4:16)
5. Puasa Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (2:13)
6.
Puasa Daniel, 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Dan 1:12),
doa dan puasa (Dan 9:3), berkabung selama 21 hari (Dan 10:2)
7. Puasa Yunus, 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17)
8. Puasa Niniwe, 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7)
Apa saja puasa yang tercatat dalam PB?
1. Puasa Yesus, 40 hari 40 malam tidak makan (Mat 4:2)
2. Puasa Yohanes pembabtis, tidak makan dan tidak minum (Mat 11:18)
3. Puasa Paulus, 3 hari 3 malam tidak makan, tidak minum dan tidak melihat (Kis 9:9)
4. Puasa Jemaat mula-mula, untuk menguatkan Paulus dan Barnabas dalam pelayanan (Kis 13:2-3)
-----------------------------------------------------
Atthasila, Cara Puasa Umat Buddha
Tekad Ber Atthasila Berpuasa ala Umat Buddha
Sumber : http://www.daunbodhi.com/2014/07/01/atthasila-cara-puasa-umat-buddha/
Diawal bulan Juli ini kita bersama
sebagai warga negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa
dan agama menyambut kedatangan Bulan Ramadhan, dimana rekan kita yang
beragama Islam sedang menjalani kegiatan keagamaan yang fasih disebut
dengan berpuasa. Puasa dilakukan selama satu bulan penuh menjelang
datangnya hari raya Idul fitri. Kaum muslimin diseluruh dunia berpuasa
dengan cara tidak makan dan minum dari Pagi hari atau tepatnya Subuh
sampai dengan datangnya azan Maghrib yang datang disore hari.
Berbicara tentang puasa, sudah tahukah
kita bahwa di ajaran agama Buddha sendiri terdapat kegiatan puasa,
mungkin lebih tepatnya disebut dengan Atthasila ( Latihan Delapan Aturan
Kemoralan ).
8 Sila / Atthasila tersebut diuraikan sebagai berikut :
1.Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami
Bertekad melatih diri untuk menghindari menyakiti dan membunuh mahluk hidup apapun juga.
2.Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami
Bertekad melatih diri untuk menghindari mengambil barang yg tidak diberikan / diijinkan (mencuri).
3.Abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami
Bertekad melatih diri untuk menghindari hubungan seksual.
4. Musavada veramani sikkhapadam samadiyami
Bertekad melatih diri untuk menghindari
ucapan / kata-kata tidak benar, yg kasar, memfitnah dan menyakiti mahluk
lain (berbohong).
5.Surameraya majjapamadatthana veramani sikkhapadam samadiyami
Bertekad melatih diri untuk menghindari
segala minuman keras (serta bahan-bahan lainnya) yg dapat menyebabkan
lemahnya kesadaran.
6.Vikala-bhojana veramani sikkhapadam samadiyami
Bertekad melatih diri untuk menghindari
makan makanan diwaktu yg salah, yaitu lewat tengah hari. Pengertian di
sini adalah bahwa seseorang tidak boleh makan setelah lewat tengah hari
hingga subuh/dinihari. Patokannya adalah untuk tengah hari, ketika
matahari tepat diatas kepala atau pukul dua belas. dan untuk
subuh/dinihari adalah ketika tanpa lampu, seseorang dapat melihat garis
tangannya sendiri atau ketika matahari terbit. Jadi seseorang boleh
makan (berapa kali pun) hanya pada waktu dinihari/subuh sampai tengah
hari (sekitar jam 12).
7. Naccagita-vadita-visukadassana malagandha-vilepana dharana-mandana vibusanatthana veramani sikkhapadam samadiyami
Bertekad melatih diri untuk menghindari
menari, menyanyi, bermain musik, melihat permainan / pertunjukan, tidak
memakai bunga-bungaan, wangi-wangian dan alat kosmetik yg lain untuk
tujuan menghias / mempercantik diri.
8. Uccasayana-mahasayana veramani sikkhapadam samadiyami
Bertekad melatih diri untuk menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yg tinggi, besar dan mewah.
Puasa dalam agama Buddha sedikit berbeda
dan diperbolehkan minum. Dalam agama Buddha puasa itu disebut Uposatha.
Puasa ini tidak wajib bagi umat Buddha, namun biasanya dilaksanakan dua
kali dalam satu bulan (menurut kalender buddhis dimana berdasarkan
peredaran bulan), yaitu pada saat bulan terang dan gelap(bulan purnama).
Namun ada yang melaksanakan 6 kali dalam satu bulan, tetapi puasa
(uposatha) tersebut tidak wajib.
Uposatha artinya hari pengamalan (dengan
berpuasa) atau dengan pelaksanaan uposatha-sila pada hari atau waktu
tertentu (dapat disebut hari uposatha). Puasa tersebut dilaksanakan
dengan menjalani uposatha-sila.
Jadi, puasa (uposatha) seorang umat
Buddha dinyatakan sah, apabila ia mematuhi ke-8 larangan tersebut
seperti yang tertulis di atas. Jika salah satu larangan tersebut
dilanggar—baik sengaja atau tidak— berarti ia puasanya (uposatha-nya)
tidak sempurna.
Kapan umat Buddha menjalankan puasa atau uposatha?
Hari Uposatha adalah setiap tanggal 1, 8, 15 dan 23 menurut
penanggalan lunar (bulan) hari uposatha disebut juga uposathadivasa
yaitu hari suci dan hari penuh berkah, meski bukan bersifat wajib
diharapkan pada hari uposatha para upasaka dan upasika melatih diri
dengan menjalankan atthanga uposathasila yaitu 8 (delapan) peraturan
yang harus dijalankan pada hari uposatha.
------------------------------------------------------------------
Aturan Upawasa atau Puasa dalam Hindu
Sumber : http://www.mediahindu.com/ajaran/aturan-upawasa-atau-puasa-dalam-hindu.html
Upawasa merupakan bagian brata, dan brata bagian dari brata-yoga-tapa-samadi, yang
menjadi satu kesatuan dalam konsep Nyama Brata. Kewajiban warga Hindu menggelar bratayoga-tapa-samadi diisyaratkan dalam kakawin Arjuna Wiwaha sebagai berikut.
menjadi satu kesatuan dalam konsep Nyama Brata. Kewajiban warga Hindu menggelar bratayoga-tapa-samadi diisyaratkan dalam kakawin Arjuna Wiwaha sebagai berikut.
“Hana mara
janma tan pamihutang brata-yoga-tapa-samadi angetul aminta wiryya suka ning Widhi
sahasaika, binalikaken purih nika lewih tinemuiya lara, sinakitaning rajah tamah
inandehaning prihatin.”
janma tan pamihutang brata-yoga-tapa-samadi angetul aminta wiryya suka ning Widhi
sahasaika, binalikaken purih nika lewih tinemuiya lara, sinakitaning rajah tamah
inandehaning prihatin.”
Artinya:
Ada orang yang tidak pernah melaksanakan brata-yoga-tapa-samadi, dengan lancang ia
memohon kesenangan kepada Widhi (dengan memaksa) maka ditolaklah harapannya itu
sehingga akhirnya ia menemui penderitaan dan kesedihan, disakiti oleh sifat-sifat rajah
(angkara murka/ambisius) dan tamah (malas dan loba), ditindih oleh rasa sakit hati.
Tegasnya, bila ada orang yang tidak pernah menggelar brata-yoga-tapa-samadi lalu memohon
sesuatu kepada Hyang Widhi maka permohonannya itu akan ditolak bahkan akan
mendatangkan penderitaan baginya. Yang dimaksud dengan brata adalah mengekang hawa
nafsu pancaindra, yoga adalah tepekur merenungi kebesaran Hyang Widhi; tapa adalah
pengendalian diri; samadi adalah mengosongkan pikiran dan penyerahan diri total
sepenuhnya pada kehendak Hyang Widhi.
Ada orang yang tidak pernah melaksanakan brata-yoga-tapa-samadi, dengan lancang ia
memohon kesenangan kepada Widhi (dengan memaksa) maka ditolaklah harapannya itu
sehingga akhirnya ia menemui penderitaan dan kesedihan, disakiti oleh sifat-sifat rajah
(angkara murka/ambisius) dan tamah (malas dan loba), ditindih oleh rasa sakit hati.
Tegasnya, bila ada orang yang tidak pernah menggelar brata-yoga-tapa-samadi lalu memohon
sesuatu kepada Hyang Widhi maka permohonannya itu akan ditolak bahkan akan
mendatangkan penderitaan baginya. Yang dimaksud dengan brata adalah mengekang hawa
nafsu pancaindra, yoga adalah tepekur merenungi kebesaran Hyang Widhi; tapa adalah
pengendalian diri; samadi adalah mengosongkan pikiran dan penyerahan diri total
sepenuhnya pada kehendak Hyang Widhi.
Jadi berpuasa yang baik senantiasa disertai dengan kegiatan lainnya seperti di atas, tidak
dapat berdiri sendiri. Upawasa batal jika melanggar/tidak melaksanakan brata-yoga-tapasamadi. Untuk kesempurnaan berpuasa, disertai juga dengan ber-dana punia, yaitu memberikan bantuan materi kepada kaum miskin.
Aturan-aturan berpuasa bermacam-macam, antara lain:
dapat berdiri sendiri. Upawasa batal jika melanggar/tidak melaksanakan brata-yoga-tapasamadi. Untuk kesempurnaan berpuasa, disertai juga dengan ber-dana punia, yaitu memberikan bantuan materi kepada kaum miskin.
Aturan-aturan berpuasa bermacam-macam, antara lain:
- Upawasa yang dilaksanakan dalam jangka panjang lebih dari sehari, di mana pada waktu
siang tidak makan/minum apa pun. Yang dinamakan siang adalah sejak hilangnya bintang
timur daerah timur sampai timbulnya bintang-bintang di sore hari; - Upawasa jangka panjang antara 3-7 hari dengan hanya memakan nasi putih tiga kepel
setiap enam jam dan air klungah nyuh gading; - Upawasa jangka pendek selama 24 jam tidak makan/minum apa pun disertai dengan mona
(tidak berbicara), dilaksanakan ketika Siwaratri dan sipeng (Nyepi); - Upawasa total jangka pendek selama 24 jam dilaksanakan oleh para wiku setahun sekali
untuk menebus dosa-dosa karena memakan sesuatu yang dilarang tanpa sengaja; puasa itu
dinamakan santapana atau kricchara; - Upawasa total jangka pendek selama 24 jam dilaksanakan oleh para wiku setiap bulanpuasa kita
untuk meningkatkan kesuciannya, dinamakan candrayana.
Ketika akan mulai berpuasa sucikan dahulu badan dan rohani dengan upacara majaya-jaya
(jika dipimpin pandita) atau maprayascita jika dilakukan sendiri. Setelah itu haturkan banten
tegteg daksina peras ajuman untuk menstanakan Hyang Widhi yang dimohon menyaksikan
-----------------------------------------------------------------
Puasa dalam Tradisi Agama di Dunia
Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/08/puasa-dalam-tradisi-agama-di-dunia
Siapa bilang puasa identik dengan umat
Islam saja? Sesungguhnya dalam tradisi agama lain pun mempunyai tradisi
berpuasa, tapi momennya berbeda-beda.
Andres Moller, peneliti antropologi agama asal Swedia dalam bukunya Ramadan in Java: The Joy and Jihad of Ritual Fasting (2005), menuturkan bahwa puasa juga ada dalam tradisi Yahudi, Katolik, Kristen, dan agama-agama India. Dalam tradisi Yahudi, lanjut Moller, sebagaimana termaktub dalam kitab sucinya Yom Kippur atau Hari Taubat, hanya terdapat satu hari untuk berpuasa.
Meskipun demikian, setelah pengasingan Babilonia, beberapa hari lagi ditambahkan untuk berpuasa. Tujuannya, untuk memperingati hari-hari atau momen-momen penting dalam sejarah Yahudi
Selain itu, umat Yahudi juga dapat berpuasa secara individual dan pribadi. Misalnya, kedua mempelai dapat berpuasa pada hari pernikahan mereka. Orang-orang Yahudi yang soleh juga dapat berpuasa setiap hari Senin dan Kamis (sheni va-hamish).
Sementara umat Kristiani pada umumnya berangggapan bahwa Isa al-Masih (Yesus Kristus) tidak secara tegas menentukan masalah puasa. Dengan begitu, hal-hal serupa diserahkan kepada gereja. Tapi sebagian umat biasanya berpuasa pada hari Rabu dan Jumat dalam minggu Paskah.
Adapun puasa dalam tradisi agama-agama India mempunyai latar belakang lain lagi. Agama dan kebudayaan yang berasal dari India pada umumnya dengan gampang disangkutpautkan dengan asketisme dan penahanan nafsu.
Menyitir Nanayakkara SK dalam Encyclopaedia of Buddhism (1990), Moller mengisahkan bahwa Siddharta Gautama pun kerap berpuasa saat dia sedang mencari Jalan Budha.
Gautama berpendapat bahwa orang-orang seharusnya tidak makan dan minum secara berlebihan (bhojane mattannuta). Kebijaksanaan ini secara khusus berlaku bagi para biarawan. Makanan yang berlebihan “mengakibatkan kebosanan, kemalasan, kelambanan, dan juga membatasi kearifan”, begitu argumen Gautama. Maka, makan berlebihan harus dihindari orang Budha. Jika kebijaksanaan tersebut diamati dengan seksama, kebiasaan demikian juga dapat dikatakan sejenis puasa.
Agama Hindu dan Jain, di lain pihak, mengenal beberapa saat ketika para penganutnya dianjurkan berpuasa. Umat Hindu dan Jain yang sekaligus orang pertapa dapat berpuasa ketika melakukan ziarah dan juga ketika diadakan berbagai festival keagamaan.
Perempuan Jain juga berpuasa dengan harapan mendapat suami yang baik. Ada juga anggapan dalam bahwa puasa dapat mengurangi jumlah karma. Dengan kata lain, dalam tradisi Jain puasa dapat dijadikan kendaraan pembebasan dalam tradisi ini.
Andres Moller, peneliti antropologi agama asal Swedia dalam bukunya Ramadan in Java: The Joy and Jihad of Ritual Fasting (2005), menuturkan bahwa puasa juga ada dalam tradisi Yahudi, Katolik, Kristen, dan agama-agama India. Dalam tradisi Yahudi, lanjut Moller, sebagaimana termaktub dalam kitab sucinya Yom Kippur atau Hari Taubat, hanya terdapat satu hari untuk berpuasa.
Meskipun demikian, setelah pengasingan Babilonia, beberapa hari lagi ditambahkan untuk berpuasa. Tujuannya, untuk memperingati hari-hari atau momen-momen penting dalam sejarah Yahudi
Selain itu, umat Yahudi juga dapat berpuasa secara individual dan pribadi. Misalnya, kedua mempelai dapat berpuasa pada hari pernikahan mereka. Orang-orang Yahudi yang soleh juga dapat berpuasa setiap hari Senin dan Kamis (sheni va-hamish).
Sementara umat Kristiani pada umumnya berangggapan bahwa Isa al-Masih (Yesus Kristus) tidak secara tegas menentukan masalah puasa. Dengan begitu, hal-hal serupa diserahkan kepada gereja. Tapi sebagian umat biasanya berpuasa pada hari Rabu dan Jumat dalam minggu Paskah.
Adapun puasa dalam tradisi agama-agama India mempunyai latar belakang lain lagi. Agama dan kebudayaan yang berasal dari India pada umumnya dengan gampang disangkutpautkan dengan asketisme dan penahanan nafsu.
Menyitir Nanayakkara SK dalam Encyclopaedia of Buddhism (1990), Moller mengisahkan bahwa Siddharta Gautama pun kerap berpuasa saat dia sedang mencari Jalan Budha.
Gautama berpendapat bahwa orang-orang seharusnya tidak makan dan minum secara berlebihan (bhojane mattannuta). Kebijaksanaan ini secara khusus berlaku bagi para biarawan. Makanan yang berlebihan “mengakibatkan kebosanan, kemalasan, kelambanan, dan juga membatasi kearifan”, begitu argumen Gautama. Maka, makan berlebihan harus dihindari orang Budha. Jika kebijaksanaan tersebut diamati dengan seksama, kebiasaan demikian juga dapat dikatakan sejenis puasa.
Agama Hindu dan Jain, di lain pihak, mengenal beberapa saat ketika para penganutnya dianjurkan berpuasa. Umat Hindu dan Jain yang sekaligus orang pertapa dapat berpuasa ketika melakukan ziarah dan juga ketika diadakan berbagai festival keagamaan.
Perempuan Jain juga berpuasa dengan harapan mendapat suami yang baik. Ada juga anggapan dalam bahwa puasa dapat mengurangi jumlah karma. Dengan kata lain, dalam tradisi Jain puasa dapat dijadikan kendaraan pembebasan dalam tradisi ini.
(Rusman Nurjaman/Intisari-online.com)
-----------------------------------------------------------