Malam ini.........
Lagunya malam ini adalah...tetap, Love is by Park Jang Hyeon. Kalau masuk ke pasar-pasar tradisional di Pekanbaru, yang kuingat adalah bahasa khas yang ada di dalamnya...., terdengar bahasa Indonesia semua...., coba didengar lagi, terlihat beda bahasa Indonesia yang terbiasa manortor di acara pesta dengan bahasa Indonesia yang menari suka nginjak-nginjak piring apalagi bahasa Indonesia yang berangpao merah. Semua sangat umum terdengar bagi saia ya....., ntah bagi mikow. Eh btw...busway, engkau dimane ??? Senyap je. Eh lupa...., kalau mau dengar bahasa khas Melayu yang gua sangat suka, kejauhan kalau main ke kantor walikota atau Kantor Gubernur, main aja dulu ke kantor camat. Suara khas model Kak Ros, Ipin, Upin, Mail bakal terdengar di sini, ishhh apelah kau ni, tak patut hehehehehe......Jadi sepertiya pembuat kebijakan publiknya tetap orang Melayu-lah tapi pelaku di pasarnya.....ya uni-uda, butet-ucok dan koko-cece
Seperti kisah.....dari http://fulgferry.blogspot.co.id/2015/02/kebijaksanaan-vs-uang.html :
"Ketika Gandhi belajar hukum di University College, London, seorang professor kulit putih, Peters, sangat membenci Gandhi. Di dalam kelas Peters sengaja mengajukan pertanyaan ke Gandhi:
“Gandhi, andai kamu sedang berjalan tiba2 menemukan paket berisi 1 tas penuh uang dan 1 tas penuh dengan kebijakan, mana yang kamu ambil?”
Tanpa ragu Gandhi menjawab “ya uang lah.”
Prof. Peters, tersenyum sinis dan berkata
“Jika itu aku…maka aku akan mengambil kebijaksanaan.”
Gandhi menjawab: “seseorang itu mengambil apa yang tidak dia punya.”
Prof. Peters pun tak bisa berkata apa2..
“Gandhi, andai kamu sedang berjalan tiba2 menemukan paket berisi 1 tas penuh uang dan 1 tas penuh dengan kebijakan, mana yang kamu ambil?”
Tanpa ragu Gandhi menjawab “ya uang lah.”
Prof. Peters, tersenyum sinis dan berkata
“Jika itu aku…maka aku akan mengambil kebijaksanaan.”
Gandhi menjawab: “seseorang itu mengambil apa yang tidak dia punya.”
Prof. Peters pun tak bisa berkata apa2..
Lantas.....sekarang seolah-olah eike dianggap baru kenal dengan pelaku di pasar yang sangat tangguh, siapa lagi....para Koko dan Cece. Perasaan dari zaman Soeharto, mereka sudah ada. Kalau Zaman Soekarno, auk ah gelap, soale saia ngak hidup di zaman beliau. Setahu saia, para Koko dan Cece ini sangat sangat tekun dalam berusaha dan pekerja keras sejati. Buktinya....perkampungan mereka atau kampung china atau pecinan yang ada di Pasar Bawah. Apalagi menjelang imlek ini, salah satu ruas Jalan di Pasar Bawah akan dihiasi dengan puluhan atau ratusan lampion merah..., bagusnya ke sana malam hari. Selfielah, of course.
Ternyata bukan ukuran di Pekanbaru aja, sampai di Amerika sono ada pecinan, soale dulu saia pernah nonton serial tv zaman dulu.....jagoannya orang bule tapi dia lagi kejar-kejaran ama penjahat di kampung pecinan atau chinatown di amrik sono.....
Setahu saia, para Koko dan Cece ini sangat ekslusif, jarang berbaur, rumah mereka udah mirip kandang, daripada rumah. Dipagari dari tingkat atas sampai lantai dasar, kalau dekat mereka, sensitif mulu....soale berasa diceritain ama mereka hehehehe, soale mereka pakai bahasa wo ai ni, ni ai wo......, dan golongan the haves lah. Pokoknya saia baru pandai naik sepeda, mereka udah pandai naik mobil...., ketika eike naik mobil eehhhh dia yang punya showroom mobilnya......lantas eike mau mencak-mencak juga pengen punya showroom ??? Jadi sales aja gua gengsi hehehehehe. Becanda ! Just kidding :)
Teringat dulu ada famili jauh kaleee, ibu saia aja sampai susah nerangin darimana ujung familinya.....pokoknya nenek gua sama neneknya sama-sama nenek-nenek kaleee. Maklumlah kalau orang batak, satu marga aja udah berasa dekat......seperti saudaraan walau lain kampung. Apalagi satu kampung dengan alm. nenek perempuan gua yang berasal dari Sipirok, lebih solkot lagi lah hehehehe. Solkot itu dekat, jeng.
Si Famili anggap saja namanya Ucok De Caprio datang ke Pekanbaru dengan modal seorang istri dan 2 orang anak yang masih balita. SMP ngak tamat, ijazah SD tinggal di kampung, katanya. Pokoknya Ucok De Caprio sepolos-polosnya deh......, ijazah ngak punya, keahlian ngak ada dan kerja ngak punya.
Di Pekanbaru dulu untuk jadi karyawan aja minimal tamat SMA. Berhubung dulu punya teman yang baik hati dan oomnya punya "katabelece" okeh, saia hanya disuruh membawa Ucok De Caprio nemui MR. X dengan alamat bla bla bla. Walaupun tidak ada ijazah apalagi surat lamaran dan tidak ada ujian tertulis apalagi psikotest, MR. X langsung menerima Ucok De Caprio sebagai...sebagai...Cleaning Service di sebuah bank swasta. Gajinya oke sesuai UMR dulu, kerjanya....ya kerja cleaning service. Mendengar menjadi Cleaning Service, si Ucok De Caprio hanya diam....dan di rumah, dia mencak-mencak di depan ibu gua dan istrinya. Intinya dia gengsi jadi Cleaning Service. Kaleee dia mau jadi Direkturnya, salah saia juga kasih pilihan menjadi Cleaning Service. Gua mengingat dia ngak ada ijazah, nulis surat lamaran aja ogah tapi ingin kerja dan dia ???? dia mengingat keturunan raja kaleeee, hehehehe. Raja Parhatete alias parhuta-huta :)) Kali anak istrinya kenyang makan gengsinya, maybe.
Beda ama si pelit ilmu ini hehehehe :) Umumnya para Koko dan Cece ini tekun kaleee dan kata alm. Ayah saia dulu...., kalau anak-anak China ini diajar dari bawah, jadi tukang antar pesanan konsumen/pembelinya padahal yang punya toko bokapnya. Ngak langsung duduk di kasir, tahunya terima duit aja. Tapi tadi saia nemui china albino kayaknya deh, ngak seulet orang chinese yang sering kujumpai. Baru beberapa hari kerja...., udah ngak sanggup katanya. "Susah kerjanya kak..."
Dulu dan sampai kini dari eike kecil ampe mau dewasa hehehehehe, orang chinese menggeluti dengan tekun usaha rumahan ampe perusahaan bonafide, pokoknya sejak saia kecil mereka udah ada, dan kalau tiba-tiba hari ini ada yang baru kenal. Auh deh gelap, kaleee mereka pikir selama ini yang di Pasar Bawah itu orang korea kaleee hehehehe.
Kembali ke cerita Gandhi......mana kuat pemilik kebijakan ama pemilik modal (uang) ???? Indomaret ama Alfamart ???? Kalau warung kecil udah KO, dah hehehehehehe.....