Simpan dulu, ntar gua baca.........
Karakter Sukses China Perantauan
oleh Jennie Maria Xue
Sumber : http://www.jenniexue.com/karakter-sukses-china-perantauan/
Menurut sejarah, Negara Tiongkok sarat dengan berbagai masalah
politik, sosial, dan ekonomi. Ini merupakan salah satu sebab mengapa
orang Cina Daratan cukup banyak yang migrasi ke negara lain. Asia
Tenggara dan Indonesia merupakan salah satu tujuan mereka, bahkan
mayoritas penduduk Singapura adalah keturunan etnis Cina.
Saya menggunakan terminologi “Cina” untuk menunjuk mereka yang
berbudaya Cina dan merupakan terjemahan dari “Chinese” atau “China.”
Saya sendiri termasuk kategori ini, sehingga tidak ada niat apapun dalam
penggunaannya untuk tujuan derogatori. Bagi yang lebih senang
menggunakan terminologi “Tionghoa” dan “Tiongkok,” silakan substitusi
terminologi yang dipakai.
Salah satu karakteristik orang Cina yang sangat kasat mata adalah
kekayaan finansial yang dimilikinya. Ini menjadi stereotip yang sejak
kecil saya alami. Padahal kekayaan finansial belum tentu dinikmati dan
sangat relatif bagi setiap orang. Tidak jarang kita temui orang Cina
yang bekerja sebagai petani di Kalimantan, misalnya.
Untuk kepentingan proses pembelajaran bisnis, artikel ini mempelajari
karateristik sukses berbisnis mereka. Tentu merupakan generalisasi,
karena “kadar entrepreneurship” setiap orang tentu berbeda-beda. Jadi, mari kita baca artikel ini dengan mata dan pikiran yang kritis.
Satu hal yang saya amati dari bertualang di mancanegara adalah
karakter orang Cina pada umumnya yang progresif di luar keluarga namun
konservatif di dalam. Dengan kata lain, orang Cina sangat menghargai
ilmu pengetahuan terbaru dan tren-tren kultural terbaru yang merupakan
bentuk kesempatan-kesempatan baru. Disamping itu, mereka sangat sayang
dengan keluarga mereka.
Karakter “tahan banting” alias bermental baja dengan rasa iri yang
minimal juga merupakan salah satu kunci sukses mereka. Berbagai masalah
dihadapi dengan kepala dingin, bukan dengan rasa iri dan dengki karena
dua hal ini tidak bisa memecahkan masalah bahkan memperkeruh. Sinergi
seringkali dilakukan dengan partnership bisnis sebagai salah satu bentuk pemecahan masalah.
Mereka juga menggunakan kekalahan sebagai momentum untuk menukik ke
atas dengan mengadopsikan hal-hal dan strategi-strategi baru.
Agresifitas disertai dengan realitas dan keberanian memulai dan follow through (meng-eksekusi-kan) membantu revitalitasi pasca-kegagalan.
Dalam karakter etnis-etnis lain (bukan mengacu kepada karakter etnis
tertentu), cukup banyak yang lebih senang “nrimo” dan “mangan ora mangan
asal ngumpul.” Bagi para pedagang Cina, dua karakter ini tidak membantu
bisnis. Mereka berjiwa besar, berani kalah, berani memulai kembali, dan
berstrategi agar konsumen senang dan belanja lagi. Juga berstrategi
agar memenangkan kompetisi tanpa mengguncangkan persahabatan antar
pedagang yang merupakan kunci keberhasilan bersama.
Persahabatan dengan para konsumen juga membangkitkan rasa kepercayaan
dan kenyamanan berbelanja. Kualitas produk dan kualitas pelayanan
penting sebagai komponen sukses. Sikap konservatif dalam hal keuangan
dan pengeluaran juga diberangi dengan fleksibiltas strategi sesuai tren
dan kemauan konsumen.
Ketekunan dan kesabaran dalam bekerja dan membangun bisnis merupakan
kekuatan luar biasa. Jika orang lain bekerja 10 jam per hari, tidak
jarang mereka bekerja 14 hingga 18 jam. Sisa waktunya hanya untuk makan,
mandi dan tidur saja. Filsafat mereka sederhana: Bekerja untuk makan.
“Makan” di sini berarti memberi nafkah bagi keluarga mereka. Bandingkan
dengan filsafat “mangan ora mangan asal ngumpul” yang tidak mengutamakan
“makan.” Bagi orang Cina, makan adalah inti keberhasilan karena setiap
orang perlu energi untuk berkarya.
Pengalaman dan ketrampilan bisa diasah kemudian, yang penting mereka
telah melihat peluang dan berani memulai. Dan ini sudah cukup untuk
menjadikan mereka “konsolidator” yang mengumpulkan berbagai sumber daya
dan ketrampilan orang lain, sehingga bisa membentuk produk-produk yang
dijual. Saya kenal beberapa pebisnis media dan consumer products yang sama sekali buta akan bidang tersebut, namun mereka pandai mengumpulkan mereka yang berpengalaman di bidangnya.
Setiap keluarga Cina sangat mengutamakan pendidikan terbaik bagi
anak-anak mereka. Begitu mereka punya uang sedikit, anak-anak mereka
disekolahkan di sekolah-sekolah terbaik dunia atau negara tersebut.
Tujuannya agar para generasi penerus mempunyai landasan kuat secara
intelektual sehingga mampu menganalisa peluang-peluang bisnis serta
memandang dunia secara makro dan berpandangan jauh ke depan.
Semakin baik pendidikan yang diterima, semakin besar pula kemungkinan
mereka mendapatkan relasi yang baik di masa depan. Juga mereka
mendapatkan pelajaran terbaik tentang tren-tren di masa depan. Dari
awal, mereka belajar bahwa selain pendidikan yang baik memberikan
pengakuan sosial, ini juga merupakan kesempatan networking seumur hidup.
Spirit entrepreneurship yang dimiliki dibarengi dengan
kemampuan mengenali tren serta kapitalisasinya, perlu diasah sejak dini.
Cukup banyak keluarga pebisnis menerapkan sistem apprenticeship
(magang) bagi generasi muda dengan melibatkan mereka dari awal.
Tertanam jiwa yang sadar akan “tidak ada sukses yang mudah, semua perlu
ketekunan dan mental baja.”
Bisa dimengerti mengapa bisnis mereka melesat di seantero dunia. Pola
pikir dan kebiasaan membentuk karakter sukses. Keadaan sosial,
kemiskinan dan minimnya rasa aman menjadi pemicu kerja. Itu saja.