Ellyas Pical
Acara olahraga favorit Almarhum Bapakku adalah tinju dan sangat bersemangat kalau menontonnya, kalau kubilang kerasukan udah pasti :) Soale tangan Alm Bapakku sesekali menggepal membentuk tinju dan dari mulutnya keluar kata-kata.."ya...ya...tinju, hantam..." tapi sayangnya seringkali Bapakku mengoceh pake bahasa batak. Pokoknya 10 orang suporter sudah terwakili ama 1 orang, cukup Alm.Bapakku. Ribut dan semangatnya sudah sebanding. Zaman aku kecil dulu, TVRI hanya satu-satunya pilihan chanel tipi, mau tak mau sesekali aku melihat juga acara olahraga favorit alm.
Bapak awak semangat 45 nontonnya, siaran tipi cuma satu-satunya itu dan tipi juga cuma semata wayang aja dirumah. Ada pilihan lain ???? tidak ada ! Menikmati aja walaupun melihat dua orang saling hantam dan memperebutkan gelar juara dunia rada-rada...tapi itulah olahraga tinju.Yang kuingat Indonesia punya pemain tinju kelas dunia, Ellyas Pical. Pertarungannya dengan Petinju Thailand, Khoasai Galaxi pernah tidak disengaja kutonton. Maklumlah...kalau udah acara tinju, "remote" tipi pasti ditangan Alm. Bapakku. Yakin saia punya remote ??, tipi hitam putih sesekali bintik-bintik bersemutpun........"Remote"nya siapa lagi, ya mulut Alm. Bapakku lah. Dilarang ribut, kalau ribut......siap-siap kena lempar sama suaranya yang keras dan tegas. "Ndak bisa kalian diam !!! margiri-giri sajo"
Bapak awak semangat 45 nontonnya, siaran tipi cuma satu-satunya itu dan tipi juga cuma semata wayang aja dirumah. Ada pilihan lain ???? tidak ada ! Menikmati aja walaupun melihat dua orang saling hantam dan memperebutkan gelar juara dunia rada-rada...tapi itulah olahraga tinju.Yang kuingat Indonesia punya pemain tinju kelas dunia, Ellyas Pical. Pertarungannya dengan Petinju Thailand, Khoasai Galaxi pernah tidak disengaja kutonton. Maklumlah...kalau udah acara tinju, "remote" tipi pasti ditangan Alm. Bapakku. Yakin saia punya remote ??, tipi hitam putih sesekali bintik-bintik bersemutpun........"Remote"nya siapa lagi, ya mulut Alm. Bapakku lah. Dilarang ribut, kalau ribut......siap-siap kena lempar sama suaranya yang keras dan tegas. "Ndak bisa kalian diam !!! margiri-giri sajo"
Itu kalau aku dan saudaraku ribut sesekali bergelut tarik-tarikan rambut di kamar. Hehehehehe. Ngak lah. Tapi biasanya kami kalau ngak ikut nonton acara pertandingan tinju itu, cari keasyikan sendiri dengan membaca buku cerita atau tidur-tiduran dalam kamar. Ellyas Pical itu booming kalee dulu....sekedar mengingat aja :
Mengenang Ellyas Pical Legenda Hidup petinju Indonesia Pertama Peraih Gelar Juara Dunia
Ellyas Pical (lahir di Ullath, Saparua, Maluku Tengah, Maluku, 24 Maret
1960; umur 52 tahun) adalah petinju asal Indonesia yang merupakan juara
dunia pertama dari Indonesia. Ellyas Pical juga merupakan putera
daerah/anak negeri Ullath, ia merupakan keturunan dari keluarga besar
(fam/marga) Pical.
Sebagai petinju amatir yang bermain di kelas terbang, ia kerap menjadi
juara mulai dari tingkat kabupaten hingga kejuaraan Piala Presiden. Ia
juga merebut gelar juara nasional di Ujungpandang, kemudian tahun 1980
dan 1981 ia terpilih sebagai petinju terbaik di kelas terbang Kejuaraan
Piala Presiden. Tetapi pada SEA Games XI di Manila ia hanya merebut
medali perunggu.
Karier profesionalnya dimulai pada tahun 1983 dalam kelas bantam junior.
Sejak itu, berturut-turut sederet prestasi tingkat dunia diraihnya,
seperti juara OPBF setelah mengalahkan Hi-yung Chung asal Korea Selatan
dengan kemenangan angka 12 ronde pada 19 Mei 1984 di Seoul, Korea
Selatan. Atas kemenangan ini, Pical menjadi petinju profesional pertama
Indonesia yang berhasil meraih gelar internasional di luar negeri.
Ia merebut gelar juara IBF kelas bantam yunior (atau kelas super
terbang) dari petinju Korea Chun Ju-do di Jakarta pada tanggal 3 Mei
1985. Elly Pical berhasil meng-KO Judo Chun ia dibopong dan mengangkat
tangannya sambil berteriak “beta menang…beta menang…!!! dan ibunda Elly
Pical, mama Ana menangis, juga promotor tinju legendaris Boy Bolang dan
Manajer tinju Anton Sihotang.Jutaan mata orang Indonesia menatap
kemenangan Ellyas Pical dengan segunung kebanggaan.
Lebih lengkap lihat di : http://pustakadigitalindonesia.blogspot.co.id/2013/03/mengenang-ellyas-pical-legenda-hidup.html
Ellyas Pical ini dulu jagoan Alm. Bapakku disamping Mike Tyson. Kalau mengingat Ellyas Pical pasti mengingatkan saia sama Alm. Bapak. Tapi namanya hidup.....sekarang keadaan beliau menjadi satpam hingga office boy.
"Mirisnya mantan petinju Ellyas Pical, jadi satpam
hingga office boy"
Tepatnya 3 Mei 1985 digelar di Jakarat pertandingan yang
mempertemukan petinju Indonesia Ellyas Pical
dengan petinju asal Korea Chun Ju-do menjadi hiburan yang tak dilupakan dimasa
itu. Di saat itu, pertandingan yang memperebutkan Juara IBF Kelas Bantam Yunior dan
disiarkan langsung oleh televisi nasional tersebut mampu menyodot perhatian
masyarakat tanah air. Terlebih hasil pertandingan kala itu berbuah manis bagi
Indonesia.
Petinju kelahiran Saparua, Ambon 24 Maret 1960 silam itu merebut gelar juara
IBF Kelas Bantam Yunior atau kelas super terbang dari lawannya Chun Ju-do.
Lewat kepalan tangan Ellyas Pical,
tinju Indonesia mulai diperhitungkan dunia. Sejak saat itulah karir Elly sapaan Ellyas Pical moncer. Tercatat sejak terjun
dalam dunia tinju Elly sudah melakoni 26 pertandingan.
Rekor karir profesionalnya yaitu meraih 20 kemenangan dengan sebelas di
antaranya di raihnya lewat kemenangan Knock Out (KO), sekali imbang dan lima
kali kekalahan.
Tercatat beberapa pertandingan bergengsi yang dijalaninya seperti melawan
petinju asal Australia Wayne Mulholland pada 25 Agustus 1985 silam. Saat ini
Elly mampu mempertahankan gelar kelas super terbangnya.
Namun dalam pertandingan yang digelar di Jakarta, melawan petinju asal Republik
Dominika, Cesar Polanco, Elly harus rela melepas sabuk juaranya. Petinju yang
dijuluki 'The Exocet' karena memiliki pukulan hook dan uppercut kiri ini harus
mengakui keunggulan Cesar Polanco, dengan kalah angka.
Kekalahan tersebut mencambuk Elly dan memacunya lebih giat berlatih dan kembali menantang Cesar Polanco dalam pertandingan kedua yang digelar di Jakarta, pada 5 Juli 1986. Elly membalas kekalahan sebelumnya dengan kemenangan KO atas Cesar Polanco. Julukan 'The Exocet' merujuk nama rudal milik Prancis yang digunakan Inggris dalam perang Malvinas layak disematkan bagi Elly. Pengagum Muhammad Ali ini, kembai mempertahankan sabuk juaranya usai mengalahkan petinju asal Korea Selatan, Dong-chun Lee. Namun dia harus menelah pil pahit usai diikalahkan dengan KO oleh petinju asal Thailand, Khaosai Galaxy dalam ronde 14 pada 1987 silam. Akibat kekahalan tersebut sempat membuat Elly terpukul. Elly pun sempat 'Move on' pertandingan tersebut. Namun setelah beberapa bulan, Elly kembali bangkit dan mampu merebut kembali gelar IBF Kelas Bantam Yunior dari tangan sang juara bertahan Tae-ill Chang. Elly mampu menang KO melawan petinju asal Korea Selatan tersebut.
Usai merebut juara tersebut, pria yang sejak usai 13 tahun terjun dalam tinju ini mampu mempertahankannya selama dua tahun. Sayangnya dalam pertandingan yang digelar di Ronoake, Virginia, Amerika Serikat, 1989 melawan petinju asal Kolombia, Juan Polo Perez, Elly harus melepas gelarnya tersebut.
Sejak kekalahan itu, prestasinya dalam ring tinju menurun. Elly sempat melakoni pertandingan non-gelar tetapi namanya tak harum seperti dulu. Namanya kembali mencuat ke publik pada 13 Juli 2005 silam. Bukan dalam ring tinju, nama Elly justru kembali mencuat lantaran harus berurusan dengan polisi. Suami dari Rina Siahaya Pical dan ayah dari dua putra ini ditangkap polisi karena melakukan transaksi narkoba di sebuah diskotek di Jakarta Pusat. Diketahui sejak gantung sarung tinju, Elly menekuni beberapa profesi untuk menyambung hidup salah satunya sebagai petugas keamanan di diskotek di Jakarta Pusat, yang membawanya ke dalam sel tahanan. Akibat perbuatannya Elly divonis 7 bulan penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Usai menghirup udara bebas, beberapa profesi pun dijalani Elly, termasuk menjadi asisten Agum Gumelar saat menjabat ketua KONI Pusat. Belakangan setelah ganti kepengurusan KONI, beberapa pekerjaan dilakoni ayah dari Lorinly dan Matthew Pical ini. Salah satunya menjadi Office Boy di Kementerian Pendidikan dan Olahraga, yang dilakoninya hingga saat ini. Jalan hidup Elly ini mengundang keprihatinan sejumlah pihak yang menilai tidak adanya jaminan hidup yang diberikan pemerintah kepada atlet yang telah mengharumkan nama bangsa di pentas dunia.
Kekalahan tersebut mencambuk Elly dan memacunya lebih giat berlatih dan kembali menantang Cesar Polanco dalam pertandingan kedua yang digelar di Jakarta, pada 5 Juli 1986. Elly membalas kekalahan sebelumnya dengan kemenangan KO atas Cesar Polanco. Julukan 'The Exocet' merujuk nama rudal milik Prancis yang digunakan Inggris dalam perang Malvinas layak disematkan bagi Elly. Pengagum Muhammad Ali ini, kembai mempertahankan sabuk juaranya usai mengalahkan petinju asal Korea Selatan, Dong-chun Lee. Namun dia harus menelah pil pahit usai diikalahkan dengan KO oleh petinju asal Thailand, Khaosai Galaxy dalam ronde 14 pada 1987 silam. Akibat kekahalan tersebut sempat membuat Elly terpukul. Elly pun sempat 'Move on' pertandingan tersebut. Namun setelah beberapa bulan, Elly kembali bangkit dan mampu merebut kembali gelar IBF Kelas Bantam Yunior dari tangan sang juara bertahan Tae-ill Chang. Elly mampu menang KO melawan petinju asal Korea Selatan tersebut.
Usai merebut juara tersebut, pria yang sejak usai 13 tahun terjun dalam tinju ini mampu mempertahankannya selama dua tahun. Sayangnya dalam pertandingan yang digelar di Ronoake, Virginia, Amerika Serikat, 1989 melawan petinju asal Kolombia, Juan Polo Perez, Elly harus melepas gelarnya tersebut.
Sejak kekalahan itu, prestasinya dalam ring tinju menurun. Elly sempat melakoni pertandingan non-gelar tetapi namanya tak harum seperti dulu. Namanya kembali mencuat ke publik pada 13 Juli 2005 silam. Bukan dalam ring tinju, nama Elly justru kembali mencuat lantaran harus berurusan dengan polisi. Suami dari Rina Siahaya Pical dan ayah dari dua putra ini ditangkap polisi karena melakukan transaksi narkoba di sebuah diskotek di Jakarta Pusat. Diketahui sejak gantung sarung tinju, Elly menekuni beberapa profesi untuk menyambung hidup salah satunya sebagai petugas keamanan di diskotek di Jakarta Pusat, yang membawanya ke dalam sel tahanan. Akibat perbuatannya Elly divonis 7 bulan penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Usai menghirup udara bebas, beberapa profesi pun dijalani Elly, termasuk menjadi asisten Agum Gumelar saat menjabat ketua KONI Pusat. Belakangan setelah ganti kepengurusan KONI, beberapa pekerjaan dilakoni ayah dari Lorinly dan Matthew Pical ini. Salah satunya menjadi Office Boy di Kementerian Pendidikan dan Olahraga, yang dilakoninya hingga saat ini. Jalan hidup Elly ini mengundang keprihatinan sejumlah pihak yang menilai tidak adanya jaminan hidup yang diberikan pemerintah kepada atlet yang telah mengharumkan nama bangsa di pentas dunia.
(Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/mirisnya-mantan-petinju-ellyas-pical-jadi-satpam-hingga-office-boy.html)
Mengapa malam ini aku membahas Ellyas Pical.....tidak maksud apa-apa, karena ini blogku dan aku punya cara mengekspresikan kenangan terhadap Almarhum Bapak. Ellyas Pical adalah salah satunya. Walaupun kekuatan kelas dunia itu juga akan padam pada waktunya begitu juga dengan Bapakku yang telah tiada beberapa tahun lalu. Aku punya cara tersendiri mengingat orang terdekat :)
Selamat malam :)