Happy Boys and Girls
Dari kemarin bosan sangad makanya bawa si Putih ke bengkel dulu dan mutar-mutar Pekanbaru sekejab, tapi masih suntuk juga. Lewat Jalan Sudirman, banyak karangan bunga dan saia pun hari ini ikut nebeng juga..."Selamat hari guru yang ke 70..." Ibarat pepatah dulu : "guru kencing berdiri, murid kencing berlari..."
Tapi kalau di Riau saat ini yang cocok adalah : "Guru gagah berparang, murid terkencing-kencing...ketakutan." Kenapa ??? Unta...lah. Dari berita yang saia baca :
Seorang
Kepsek di Ukui Dibacok Gurunya Sendiri, Rabu, 25 November 2015
(Sumber : http://pekanbaru.tribunnews.com/2015/11/25/breaking-news-seorang-kepsek-di-ukui-dibacok-gurunya-sendiri?page=3)
Peringatan hari Guru yang jatuh pada
Rabu Tanggal 25 November di Pelalawan ternodai oleh aksi berdarah.
Kalau foto diatas ini, hasil bajak dari FB kawan, minta ya dan izin share |
Seorang guru membacok Kepala Sekolah
(Kepsek) di Kecamatan Ukui.Pembacokan terjadi sekitar pukul 10.30 Wib di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
(SMKN) 1 Ukui. Korban bernama Nova (43) sedangkan
pelaku belum diketahui identiasnya.Kepsek perempuan itu kritis setelah
dihabisi seorang guru Olahraga. Saat ini korban sedang dalam
perjalanan dirujuk ke RS Evarina dari Puskesmas Ukui. Sedangkan pelaku telah
diamankan di Polsek Ukui oleh polisi.
Yang nonton coba kamu lihat ??? Siapa ??? Bukan pelaku-lah tapi para murid.... "guru kencing berdiri, murid kencing berlari..."
Mungkin tidak mau mengkaitkan ama Kongres HMI, saat terjadi kerusuhan di Pekanbaru tapi gimana...sebab akibat langsung nampak kedua contoh barangnya. Bahkan saat main-main di FB, ada yang menyatakan "itu sebuah konspirasi." Tapi bagi saia, itu karena "tidak mengantisipasi". Coba main-main kejap kita ke Tanah Daeng alias Makassar :
Informasi terjadinya aksi pembakaran
dan penjarahan di arena Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Asrama Haji
Pondok Gede, Jakarta Timur, tidak sepenuhnya benar. Yang terjadi adalah aksi
saling lempar antara mahasiswa HMI dari Indonesia Timur, khususnya Cabang
Makassar. Ketua HMI Cabang Gowa Raya, Ahmad Junaed mengatakan, kerusuhan
memang terjadi dengan aksi lempar-lemparan batu serta pecahan batako yang di
diambil dari sekitar kawasan Asrama Haji. Saling pukul itu kemudian melebar
menjadi aksi saling lempar batu. Sebetulnya, kata Junaed, gesekan ini terjadi
dengan sesama rombongan HMI dari Makassar yang berangkat dan tiba bersamaan di
Jakarta, Jumat (15/3) kemarin.
(Sumber : http://makassar.tribunnews.com/2013/03/17/wakil-makassar-dan-gowa-penyebab-ricuh-kongres-hmi )
Atau mungkin lebih baik sebagai Tuan Rumah yang baik kaleee, seharusnya mengenal tamunya...."Tamu adalah raja...." mungkin itu prinsipnya, bukan lagi "dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung ?" Keberatan kali disuruh menjunjung, apalagi langit ya ngak...kale ngak masuk logika peribahasa tersebut, lebih nyaman menganggap sebagai Raja XXX, raja xxx, Raja ???? Pokoknya raja. R.A.J.A. Titik!
Demo soal BBM, Mahasiswa Makassar Sandera
Truk Kontainer
Senin 03 Nov 2014
Sekitar dua puluh mahasiswa Universitas Muhammadiyah
(Unismuh) Makassar berunjuk rasa menolak rencana pemerintahan Jokowi-JK
menaikkan harga BBM Bersubsidi. Sebagai simbol protes, mereka menyandera truk
kontainer. Aksi digelar di depan kampus Unismuh, jalan Sultan Alauddin, Makassar, Senin
(3/11/2014).
Dalam aksinya, mahasiswa Unismuh yang membawa bendera HMI ini dua kali
menyandera truk pengangkut kontainer untuk dijadikan mimbar orasi.
Akibat aksi mahasiswa ini, terjadi kemacetan panjang di ruas jalan Sultan
Alauddin dari arah Makassar menuju Kab. Gowa. Dalam aksi ini tidak terlihat
aparat kepolisian yang melakukan penjagaan di sekitar lokasi unjuk rasa.
Salah satu orator mahasiswa Unismuh, Calluk, menyebutkan kenaikan BBM
bersubsidi akan menyengsarakan rakyat kecil, yang nantinya berimbas pada kenaikan
harga sembako dan harga-harga kebutuhan lainnya.
http://news.detik.com/berita/2737551/demo-soal-bbm-mahasiswa-makassar-sandera-truk-kontainer#main
HMI Makassar dan Polisi
Bentrok, 4 Mahasiswa Dilarikan ke Rumah Sakit
3 Juni 2013
Bentrokan antara
mahasiswa dengan polisi terjadi di Jalan Botolempangan, Makassar, Senin
(3/6/13), sekitar pukul 15.00 wita. Bentrok dipicu pemukulan
terhadap empat aktifis HMI Makassar yang sedang menggelar unjuk rasa di depan
sekretariat HMI Makassar di jalan ini. Mahasiswa itu, dipukul oleh polisi, TNI
dan satpam. Mahasiswa korban pemukulan kini dirawat di Rumah Sakit Stella Maris, Jl
Penghibur.
Sebelum bentrok di Jl
Botolempangan, mahasiswa dan polisi sudah terlibat saling lempar batu di Jl
Garuda, tak jauh dari kantor PT Pertamina, saat HMI menggelar unjuk rasa di
depan kantor ini menolak kenaikan harga BBM. Bentrok kemudian
berlanjut di Jalan Botolempangan saat puluhan aktifis HMI melanjutkan unjuk rasa
di depan sekretariatnya. Hingga berita ini dirilis, bentrokan masih terjadi.
Mahasiswa Makassar Ricuh Lagi
10 Desember 2012
Mahasiswa Universitas
Muslim Indonesia Makassar terlibat bentrok dengan petugas Brimob Kepolisian
Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, Senin, 10 Desember 2012. Mahasiswa semula berunjuk rasa memperingati Hari Anti-Korupsi dan menuntut
sejumlah kasus korupsi di Sulawesi Selatan diusut. Mereka lalu memaksa masuk ke
dalam kantor gubernur untuk bertemu Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin
Limpo. Karena dihalangi polisi, mahasiswa merusak pagar dan melempari polisi
dengan batu. Polisi membalas dengan tembakan gas air mata. Hingga berita ini diturunkan, mahasiswa terus melempari polisi dan menguasai Jalan
Urip Sumoharjo di depan kantor Gubernur Sulawesi Selatan. Satu petugas Brimob
cedera terkena lemparan batu.
Aksi mahasiswa ini menjadi tontonan sejumlah pengendara yang terjebak macet.
Kasus korupsi di Sulawesi Selatan yang disebut mahasiswa dalam orasinya adalah korupsi dana Bantuan Sosial tahun 2008 senilai Rp 8,8 miliar yang disinyalir melibatkan 34 anggota DPRD Sulawesi Selatan. Selain itu, ada juga kasus korupsi Block Grant Kementerian Agama Sulawesi Selatan pada bantuan pengadaan peralatan multimedia dan laboratorium di madrasah tsanawiyah dan madrasah ibtidaiyah se-Sulawesi Selatan senilai Rp 10 miliar. (Sumber : http://nasional.tempo.co/read/news/2012/12/10/058447100/mahasiswa-makassar-rusuh-lagi)
Kasus korupsi di Sulawesi Selatan yang disebut mahasiswa dalam orasinya adalah korupsi dana Bantuan Sosial tahun 2008 senilai Rp 8,8 miliar yang disinyalir melibatkan 34 anggota DPRD Sulawesi Selatan. Selain itu, ada juga kasus korupsi Block Grant Kementerian Agama Sulawesi Selatan pada bantuan pengadaan peralatan multimedia dan laboratorium di madrasah tsanawiyah dan madrasah ibtidaiyah se-Sulawesi Selatan senilai Rp 10 miliar. (Sumber : http://nasional.tempo.co/read/news/2012/12/10/058447100/mahasiswa-makassar-rusuh-lagi)
Ajang diskusi di redaksi Fajar Graha Pena, Rabu, 9 Juni menjadi ajang
curhat masyarakat terkait maraknya aksi demontrasi. Ketua Kesmak Makassar,
Subair mengkritik aksi unjuk rasa yang mengakibatkan sopir angkutan petepete
tidak beroperasi. "Kalau demo dan macet, maka dapur di rumah tidak
berasap. Kapan ada demo selalu tutup jalan. Polri harus tegas menyikapi masalah
ini. Jangan tutup jalan kalau demo!," pinta Subair di hadapan Kapolda
Sulsel Adang Rochyana, Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, dan Ketua BPMD
Sulsel Irman Yasin Limpo dan peserta diskusi. Menurut
Subair, mahasiswa bisa saja menyampaikan aspirasi asal tidak merugikan
masyarakat umum dan tidak menghalangi sopir petepete dalam mencari nafkah.
Diskusi yang dipandu Wapimred Muh Yusuf AR tersebut menghadirkan Walikota
Makassar, Kapolda Sulsel dan Irman Yasin Limpo.
Diwarnai
Lemparan Kursi, Fajar Terpilih Jadi Ketua HMI
Senin 27 Feb 2006
Fajar R Zulkarnaen,
mahasiswa S2 Fisip UI, terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam (PB HMI) periode 2006-2008 dalam kongres HMI ke XXV di Asrama
Haji Sudiang Makassar, Senin (27\/2\/2006). Pemilihan ketua umum PB HMI ini
diramaikan dengan pelemparan kursi di tempat sidang. Kandidat asal HMI Jawa
Barat ini mengalahkan 3 calon lainnya, yakni Eka Sasra (kandidat asal HMI
Sulawesi Selatan) dan Chaerullah (kandidat HMI Jakarta). Dalam pemilihan yang
berlangsung tegang ini, Fajar R Zulkarnaen mengantongi 134 suara. Disusul Eka
Sasra yang memperolah 107 suara dan Chaerulah mendapat dukungan 43 suara.
Proses pemilihan Ketua Umum PB HMI terbilang lancar. Sayangnya, insiden kecil sempat
mewarnai proses ini. Insiden terjadi saat perhitungan suara selesai dan Fajar
dinyatakan sebagai pemenang. Salah seorang peseta kongres melemparkan kursinya
ke arah pimpinan sidang.Namun, aksi ini tidak menciderai seorang pun, karena
kursi jatuh di ruang kosong. Peserta pun tidak menghiraukan munculnya
kekecewaan dari salah seorang pendukung calon yang gagal ini.Dari pemilihan
ketua putaran pertama muncul 19 calon. Dari 19 orang ini, pada putaran pertama
terpilih 4 orang calon. yaitu, Eka Sasra, Chaerullah, Ibnu Subahir dan Fajar R
Zulkarnaen.Pada putaran pertama ini Fajar sudah memimpin. Pada putaran pertama
yang memilih adalah 148 cabang. Fajar memperoleh suara 45 cabang, Eka Sasra 22
cabang, Chaerullah dapat 21 cabang dan Ibnu Subahir memperoleh 19 suara. Namun
saat pengajuan kriteria-kriteria, Ibnu Subakhir kandidat asal NTB ,
mengundurkan diri dan melimpahkan suaranya ke Eka Sasra.Pemilihan ketua umum
putaran kedua, ada 284 suara yang diperebutkan. Pemilih putaran kedua adalah
wakil-wakil cabang. Tiap cabang mempunyai keterwakilan sesuai dengan jumlah
besar-kecilnya cabang.Kongres dibuka tanggal 20 Februari 2006 lalu oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dijadwalkan, kongres ini akan ditutup
oleh Wapres Jusuf Kalla tanggal 25 Februari. Namun rencana penutupan ini gagal,
karena waktu penutupan kongres tidak bisa dipastikan.
Mengapa Demo Mahasiswa Makassar Sering Rusuh?
(Sumber : Blog Yusran Darmawan / timurangin@yahoo.com)
Beberapa kawan yang tinggal di luar Makassar, mengirimkan SMS.
Mereka bertanya, mengapa demonstrasi mahasiswa Makassar suka rusuh? Jawabannya
agak susah karena ini adalah fenomena yang terus berulang. Saya mencatat
beberapa argumentasi yang sering saya dengar dari banyak orang di Makassar.
Pertama, mahasiswa Makassar punya pemahaman
politik yang bagus. Pendidikan politik cukup efektif di kota ini sehingga
mahasiswanya punya kesadaran yang tinggi dalam menyikapi fenomena politik.
Dalam setiap peristiwa politik, mahasiswa selalu menyikapinya dengan
demonstrasi atau nekad ke Jakarta untuk menemui politisi. Kalaupun demo rusuh
dan selalu memacetkan jalan, itu disebabkan karena kemiskinan metodologi.
Mereka tidak memperkaya dirinya dengan metodologi aksi yang baik, sehingga
selalu mengulang-ulang apa yang dilakukan senornya. Kalau bukan tutup jalan,
yaa pasti rusuh.
Kedua, demonstrasi mahasiswa Makassar terlampau sering ditunggangi para
politisi. Makassar sering jadi tempat pengalihan isu politik. Mungkin argumentasi
ini menempatkan mahasiswa sebagai subordinat dari para politisi. Tapi, apa
boleh buat, sebab boleh jadi inilah kenyataannya. Sudah bukan rahasia lagi
kalau banyak aktivis yang tiba-tiba saja kaya mendadak, padahal kerjaannya
hanya demo saja. Ini adalah simbiosis mutualisme antara mahasiswa dan politisi.
Indikasinya juga nampak pada setiap kali ada demo yang kemudian rusuh, selalu
bersamaan waktunya dengan peristiwa politik yang cukup besar, apakah itu
pemilu, pilkada, atau momen politik penting. Beberapa tahun lalu, polisi sempat
menyerbu kampus UMI dan berujung pada pencopotan Kapolda Sulsel Irjen Yusuf
Manggabarani. Semua orang mengaitkan peristiwa itu dengan situasi politik
Jakarta yang memanas. Demikian pula saat konflik Ambon. Tiba-tiba Makassar ikut
rusuh. Sekarang, demo ini jelas punya kaitan dengan kasus Century yang mulai
memanas. Jangan-jangan ini cuma pengalihan isu saja. Entahlah.
Ketiga, fenomena demonstrasi itu bisa ditafsir sebagai tebalnya tembok
kekuasaan sehingga aspirasi mahasiswa tidak bisa tersalurkan. Kata seorang
kawan, kita harus ribut dulu biar didengar. Kalau demo dilakukan dengan santun,
jangan harap akan didengarkan. Meskipun kita punya mekanisme perwakilan seperti
DPR, namun tidak berarti aspirasi rakyat akan didengarkan dengan cepat.
Buktinya, ada begitu banyak aspirasi yang mengalir begitu saja, tanpa
didengarkan. Nah, demo rusuh bisa dilihat sebagai siasat mereka untuk
didengarkan. Meskipun demo ini dampaknya sangat disayangkan sebab merugikan
banyak pihak, termasuk mahasiswa sendiri.
Keempat, secara kultural, orang-orang di Makassar
memang gampang ‘panas’. Di Makassar, saling melirik saja bisa menjadi awal
perselisihan yang kemjudian berakhir pada saling tikam. Orang Makassar
menjunjung tinggi apa yang disebut siri’ (harga diri). Ia boleh saja tidak
punya apapun, namun ia mesti menjaga siri’. Pantas saja jika menonton televisi,
berita-berita kriminal dari Makassar selalu mendominasi. Dalam hal demo hari
ini, pemicunya adalah pemukulan yang dilakukan polisi. Mahasiswa lalu mengamuk
dan menyerbu pos polisi. Selanjutnya konflik menyebar atas nama harga diri
(siri’). Sebenarnya, banyak budayawan Bugis-Makassar yang mempertanyakan tafsir
siri’ yang menurut mereka salah kaprah itu. “Siri bukan untuk kriminalitas.
Siri’ itu harus diarahkan kepada hal yang positif. Misalnya sikap untuk menolak
suap atau menolak korupsi,” kata Prof Nurhayati Rahman, budayawan Sulsel,
kepada saya dalam banyak kesempatan. Sayangnya, tidak semua berpikir seideal
para budayawan.
Kelima, boleh jadi para mahasiswa itu berharap bisa diliput oleh media massa secara luas. Saya sering mendengar cerita para mahasiswa yang menunda demonstrasi hanya gara-gara para jurnalis belum tiba. Mungkin saja mahasiswa itu hendak meniru Presiden SBY yang menunda pidato hanya gara-gara belum datang reporter televisi. Sementara bagi para jurnalis, aksi anarkis adalah lahan berita yang paling cepat tayang. Kata seorang jurnalis televisi, sekali berita kriminal ditayangkan, maka sang jurnalis menerima bayaran Rp 250 ribu. Bayangkan berapa penghasilan jurnalis kalau dalam sehari terdapat 10 kali peristiwa. Di sini terjadi simbiosis mutualisme antara media dan mahasiswa itu. Para mahasiswa itu memahami watak para pengelola media yang memegang kalimat sakti “Bad news is good news.” Mereka menyajikan good news demi berita yang segera tayang di semua televisi.
Keenam, demonstrasi besar adalah panggung bagi para aktivis untuk tampil.
Ini sama dengan kalimat yang dipopulerkan Tukul yakni “Masuk Tivi.” Para
mahasiswa itu ibarat seorang peragawati yang melintas di atas catwalk. Saya
pernah mendengar cerita tentang seorang aktivis yang ikut demo, kemudian
dipukuli. Media lalu meliput. Beberapa jam berikutnya, sang aktivis itu lalu
mengirim sms pada semua keluarganya di kampung. “Tolong liat tivi. Ada
berita saya dipukuli. Hebat khan?” Sering pula saya mendengar kisah tentang
seorang aktivis yang tiba-tiba tersohor gara-gara memimpin demo dan sempat
diwawancarai televisi. Ia jadi terkenal. Politisi dan bupati berebut untuk
memasukkannya jadi tim sukses. Ia terkenal karena melewati jalan pintas yakni
memimpin massa yang anarkis. Meskipun caranya merugikan banyak orang, tapi sang
aktivis itu menuai popularitas.
Kenali, temanmu ! :)
Selamat Siang Daeng, Baji' baji jeki ?
Pammopporanga punna nia salangku
Makassar...inilah tanah daeng
Tanah kelahiran para karaeng
Jadi sebelum ada kata-kata....."saia tidak tahu HMI tapi saia rasa ini konspirasi bla-bla bla"....
Sesuatu hal yang tidak masuk dipikiran saia sama seperti menyatakan "saia tidak tahu bakwan tapi saia rasa itu adalah sebuah buah yang berambut dan di dalamnya ada biji konspirasi hehehehe." Dan ada juga yang bawa-bawa kerusuhan itu ada penyusup syiah dan nasrani. Hellowww...."saya harap kamu jangan menghantamkan dan mencoba-coba membawa perang syiah dan sunni ke sini. Masalah syiah dan sunni sudah masalah internasional, MUI aja cuma sebatas menyatakan "waspada" tapi jangan sampai hantam-mengantam dengan kata "kafir mengkafiri". Memang tidak bisa diterima ajaran aqidah yang dirusak, menjelekkan para sahabat dan istri nabi sampe pernikahan kontrak mereka namun sebanyak foto-foto berdarah-darah di beranda FB mulai anak-anak, pria dan wanita di daerah Timur Tengah sana, akan dirasakan juga disini kalau kamu sengaja menghantam satu dengan yang lain. Bagusnya saia dan kamu sarapan dulu dan cukup browsing dengan mengetik kata-kata..."syiah sunni bersatu . ."
Coba dibuka dan dibaca minimal 10 atau 15 halaman topik di google tentang syuni dan syiah, kamu akan temukan apa pendapatmu. Jawabanku mungkin sama seperti dirimu tapi kalau perang itu kita bawa kemari.....I don't know. Mungkin tragedi sampang di Madura belum cukup kaleee. Kalau Nasrani ???? Belajarlah dari Bapak Probowo mengenai toleransi antar umat beragama . Karena kalau kubawa nama Bapak Jokowi, udahlah kamu ngak suka, pasti langsung jawab "PKI".
Keluarga Prabowo asal di Sulawesi Utara.
Ibu Prabowo lahir di Manado berasal dari Langowan. Ayah Prabowo seorang guru
seorang profesor dengan 5 kali menjadi menteri dibawah Presiden Soekarno dan Soeharto.
Kakek Prabowo adalah RadenMas Djojohadikusumo pendiri Bank Negara Indonesia
yang sekarang BNI 46. Ini diungkap oleh Hashim Djojohadikusumo yang merupakan
adik kandung dari Prabowo Subianto. Sedangkan latar belakang agama, ibu Prabowo
lahir seorang Kristen dan meninggal Kristen. “Prabowo seorang haji, saya
Kristen Protestan, kakak kami Katolik. Saya Protestan ikut mami. Saya anggota
Gereja Kristen Indonesia GKI kebayoran baru,” jelas Djojohadikusumo.
(Sumber :http://beritamanado.com/prabowo-seorang-haji-saya-protestan-dan-kakak-kami-katolik/)
Perbedaan saya dan kamu sama dengan
mempertanyakan kenapa ada KIH atau KMP atau Gubernur dan Gubernur
Tandingan, Syiah dan Sunni begitu juga HMI.....
HMI Dipo dan HMI Mpo. Ibarat awal kehidupan itu seperti ini ........
Ketika Kongres HMI XVI di kota Padang tahun 1986. HMI terpecah dua
menjadi HMI Dipo (berdasarkan alamat sekretariat di jalan Diponogoro) yang
mendukung Pancasila sebagai asas organisasi dan HMI MPO (majelis penyelamat
organisasi) yang lebih memilih islam sebagai ideologi organisasi sekalipun
harus menjadi oposan pemerintah. Inilah saat pertama kali pengistilahan HMI
Dipo dan MPO muncul. HMI MPO menganggap bahwa HMI Dipo sebagai penghianat
organisasi sementara HMI Dipo sendiri mengaggap bahwa HMI MPO sebagai
pemberontak dan merupakan sempalan dalam HMI. HMI Dipo dinilai lebih moderat
karena mau menggunakan taktik menerima asas tunggal, sedangkan HMI MPO dinilai
lebih fundamental karena lebih memilih berhadap-hadapan dengan pemerintah.
Perbedaan inilah yang terus dipelihara HMI sampai kurun waktu yang cukup
lama. Hal ini jugalah yang menjadikan HMI MPO sebagai organisasi underground
saat itu, sampai kemudian gerakan reformasi terjadi pada tahun 1998 dan mejadi
tonggak awal kemunculan HMI MPO ke permukaan pergerakan mahasiswa secara terang
terangan.
(Sumber :
http://hmicabangbogor14.blogspot.co.id/2015/02/melacak-perpecahan-hmi-dipo-dan-hmi-mpo.htm)